telusur.co.id - Menjelang libur Idulfitri, pemerintah mengumumkan serangkaian kebijakan untuk mendorong pergerakan perekonomian nasional, yang menunjukkan ketahanan yang optimal sepanjang tahun 2024. Dengan pertumbuhan PDB sebesar 5,03% (yoy), Indonesia menunjukkan kinerja ekonomi yang solid, didukung oleh sektor industri pengolahan dan pertambangan di beberapa provinsi seperti Papua Barat dan Maluku Utara, yang mencatatkan pertumbuhan pesat masing-masing 20,8% dan 13,73%.
Perekonomian Indonesia juga tercermin dalam indikator-indikator perekonomian yang positif, seperti Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang tetap optimis di level 126,4 pada Februari 2025, PMI Manufaktur yang terus ekspansi di angka 53,6, serta inflasi yang terkendali dengan deflasi 0,48% (mtm) berkat kebijakan diskon tarif listrik.
Dalam sambutannya di acara Nusantara Economic Outlook (NEO) 2025 pada Jumat (14/03), Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menjelaskan bahwa pemerintah mendorong peningkatan permintaan dan penawaran untuk mendukung pergerakan ekonomi selama libur Lebaran 2025.
Beberapa kebijakan yang telah disiapkan meliputi program pariwisata dengan proyeksi 122,1 juta perjalanan wisatawan selama periode Idulfitri, serta insentif PPN DTP sebesar 6% untuk tiket transportasi. Pemerintah juga memberikan diskon tarif tol 20% untuk perjalanan jarak jauh di beberapa ruas tol pada H-7 hingga H-4, serta H+7 hingga H+8 Idulfitri. Selain itu, terdapat program percepatan kendaraan bermotor listrik dengan bantuan pemerintah sebesar Rp7 juta per unit.
Pemerintah juga menyiapkan berbagai kebijakan untuk mendukung daya beli masyarakat, seperti pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) bagi pekerja dan bonus Hari Raya bagi pengemudi serta kurir layanan angkutan berbasis aplikasi, yang akan dibayarkan paling lambat 7 hari sebelum Hari Raya. Penyaluran THR untuk ASN dan pensiunan akan dilakukan dua minggu sebelum Idulfitri. Selain itu, ada juga program belanja nasional seperti Friday Mubarak (28 Februari – 28 Maret 2025) yang menargetkan transaksi Rp75-77 triliun dan BINA Lebaran (14–30 Maret 2025) dengan target transaksi Rp30 triliun.
Dalam upaya menjaga stabilitas ekonomi, pemerintah terus memantau dinamika ekonomi global, termasuk kebijakan ekonomi baru di Amerika Serikat yang berpotensi memengaruhi tarif. Meski beberapa negara menghadapi risiko resesi yang lebih tinggi, Indonesia berada pada posisi yang baik. Berdasarkan data Bloomberg per Februari 2025, probabilitas resesi Indonesia tercatat kurang dari 5%, jauh lebih rendah dibandingkan negara lain seperti Meksiko (38%), Kanada (35%), dan AS (25%).
Airlangga Hartarto menegaskan bahwa dengan fondasi ekonomi yang kuat, diversifikasi mitra dagang, dan hilirisasi yang terus diperkuat, Indonesia berpeluang besar untuk menjaga stabilitas dan daya saing meski tengah menghadapi tantangan global. Menurutnya, sinergi dari semua pihak sangat dibutuhkan untuk membangun ekonomi yang inklusif, berdaya saing, dan berkelanjutan.
Dengan serangkaian kebijakan ini, pemerintah berharap dapat memaksimalkan momentum liburan Idulfitri untuk memberikan dampak positif terhadap perekonomian Indonesia.[iis]