telusur.co.id - Pemimpin Hizbullah yang baru saja dilantik, Sheikh Naim Qassem, mengatakan bahwa gerakan perlawanan Lebanon bertekad untuk memaksa Israel mengakhiri perangnya di Lebanon, dengan menyatakan bahwa hanya medan perang yang dapat mengakhiri agresi yang sedang berlangsung.
Dalam pidato publik keduanya sejak mengambil alih kepemimpinan pada hari Rabu, Sheikh Naim Qassem mengatakan bahwa tidak ada tempat di “Israel” yang tidak dapat dijangkau oleh pesawat tak berawak dan rudal Hizbullah.
Ia menambahkan bahwa Hizbullah tidak bergantung pada upaya politik untuk menghentikan konflik.
“Kami tidak bergantung pada pemilihan umum di Amerika, apakah Harris berhasil atau Trump yang menang; hal ini tidak ada artinya bagi kami,” tegasnya, seperti dilansir dari Presstv, Rabu (6/11/24).
Sebaliknya, katanya, Hizbullah siap untuk membentuk hasil melalui keterlibatan militer. Dia juga menyatakan bahwa Hizbullah telah mempersiapkan diri untuk konfrontasi semacam itu sejak perang Juli 2006, dengan meningkatkan pelatihan, persenjataan, dan kemampuan operasionalnya.
“Melalui perlawanan, kekuatan, kesiapan, dan daya tahan, kami akan menang atas Israel,” katanya.
“Dalam kamus kami, hanya ada kesabaran, daya tahan, dan bertahan di medan perang hingga meraih kemenangan,” sambungnya.
Dia mengatakan langkah-langkah yang diambil oleh Israel yang bertujuan untuk mengalahkan Hizbullah dan menduduki Lebanon tidak akan berhasil karena ketangguhan dan komitmen Hizbullah untuk mempertahankan tanah airnya.
“Kami akan membuat musuh, Israel, sepenuhnya sadar bahwa di medan perang mereka kalah dan tidak menang; kekalahan ini akan mencegah mereka mencapai tujuannya,” ungkapnya.
Pemimpin Lebanon tersebut mengatakan bahwa Israel bertujuan untuk melenyapkan keberadaan Hizbullah dan kemudian menduduki Lebanon, baik dari jarak jauh maupun dari udara. Rezim ini, katanya, mengancam akan menjadikan Lebanon seperti Tepi Barat.
Sheikh Qassem mengatakan langkah ketiga rezim Zionis ini adalah membuat peta Asia Barat.
“Langkah-langkah ini diinginkan oleh Netanyahu, yang memulai perangnya di Lebanon untuk mencapai langkah pertama,” pungkasnya. [Fhr]