telusur.co.id - Banyak cara yang dilakukan dalam pemberdayaan masyarakat di masa pandemi, salah satunya melalui alat musik angklung sebagai warisan budaya tak benda yang diakui dunia milik Indonesia.
Staff Ahli Menteri Kominfo Prof Henri Subiakto mengatakan, angklung saat ini sudah tidak lagi dipandang sebagai alat musik yang kuno, melainkan sebagai alat musik khas Indonesia yang mencerminkan budaya gotong-royong dan ramah lingkungan. Selain itu juga sebagai alat diplomasi kebudayaan yang cocok pengembangannya pada Indonesian Culture Center.
Oleh karenanya, kata Prof Henri, Pemerintah dan masyarakat perlu menerapkan wawasan kebudayaan untuk melandasi setiap aktivitas di ruang digital berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika.
“Media angklung ini sebagai simbol dan nilai-nilai ke-Indonesiaan yang mendukung toleransi keberagaman, memprioritaskan demokrasi berdasarkan kekeluargaan dan gotong- royong,” tegasnya dalam pertunjukan rakyat secara virtual yang digagas Kementerian Komunikasi dan Informasi bertajuk 'Peran Kebudayaan Dalam Permbedayaan Ekonomi Masyarakat di Masa Pandemi Melalui Media Angklung', Senin (13/12/21).
Dalam kesempatan yang sama, Tricia L Sumarijanto, salah satu WNI yang mampu mengembangkan media angklung dengan membentuk House of Angklung di Washington DC juga memberikan motivasinya secara virtual kepada generasi muda dan masyarakat bagaimana memberdayakan seni dan budaya yang ia geluti di Amerika Serikat.
Dalam paparannya, Tricia menjelaskan, sejak tahun 2010 angklung telah dikukuhkan atau ditetapkan oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization atau Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) sebagai warisan budaya dunia asli Indonesia.
Ia berharap dengan mendunianya angklung ini dapat memacu semangat dan tanggung jawab masyarakat Indonesia dalam melestarikan dan mempromosikan angklung.
“Sejarah, proses pembuatan, filosofi, metode dan cara pengajarannya dari zaman dahulu itu by oral atau diceritakan secara turun temurun. Nilai-nilai dan sejarah yang begitu dalam itulah yang menjadi kekuatan dari instrumen ini. Oleh karena itu kita sebagai Bangsa Indonesia mempunyai tanggung jawab untuk terus melestarikan dan mempromosikan angklung," papar Tricia.
Masih menurut Tricia, angklung menjadi instrumen dalam membumikan semangat nasionalisme. Tidak hanya bagian dari seni, namun memiliki filosofi sebagai media untuk dialog budaya dan pertukaran ide atau gagasan.
“Keberagaman nada yang dihasilkan angklung, dan mengikuti not akan menghasilkan alunan musik dan suara yang indah untuk didengarkan. Itulah bambu, itulah angklung, itulah kebersamaan. Semoga anda semua dapat membawa pesan ini dalam kehidupan sehari-hari," paparnya.
Sementara itu, Anggota Komisi I DPR RI, Itet T Sumarijanto menambahkan, budaya yang bersifat adaptif mengikuti perkembangan zaman yang dimiliki bersama masyarakat.
“Fungsi budaya selain sebagai batas antara kelompok masyarakat, juga dapat memberikan identitas kebangsaan, identitas masyarakat serta sebagai komitmen, dan menjaga stabilitas, serta pembentukan sikap dan perilaku,” ucapnya. [Tp]
Peran Angklung Sebagai Alat Diplomasi Kebudayaan dan Identitas Indonesia
Masyarakat Amerika Serikat Bermain Angklung di Oregon Indonesia Cultura Night 2019.