telusur.co.id - Jumlah pengangguran di kalangan Gen-Z menjadi salah satu permasalahan yang sedang hangat akhir akhir ini. Beberapa faktor yang menyebabkan hampir 10 juta Gen Z di Indonesia menganggur diantaranya adalah tidak adanya kecocokan antara keahlian (skill) dan kebutuhan pasar kerja, sehingga mulai mengurangi minat kerja usia Gen-Z. 

Anggota Komisi V DPRD Provinsi Jawa Barat Fraksi Partai NasDem Mamat Rachmat berharap ada langkah preventif kedepannya untuk permasalahan ini. Pasalnya, bonus demografi saat ini, Indonesia tengah dihadapkan pada melimpahnya jumlah penduduk usia kerja. 

Melihat kondisi tiga tahun terakhir, jumlah penduduk usia kerja telah meningkat dari yang sebelumnya berjumlah 206,71 juta orang pada Agustus 2021, menjadi 212,59 juta pada Agustus 2023. Dari penduduk usia kerja tersebut, sebanyak 69,48% (147,71 juta orang atau setara dengan 52,87% dari total penduduk) merupakan angkatan kerja, di mana 5,32% (7,86 juta orang) di antaranya tergolong ke dalam kategori pengangguran terbuka.

"Saya berharap ada langkah kongkrit dari Pemerintah untuk menanggulangi pengangguran di kalangan Gen- Z nantinya, bisa dengan pelatihan dan penyaluran kerja atau mungkin pengembangan minat dan bakat,” ungkapnya.

Sebagian besar penganggur Gen Z di dominasi oleh laki-laki, dengan dominasi lulusan SMA/SMK yang mengalami kesenjangan keterampilan dibandingkan kebutuhan industri. Meskipun mayoritas Gen Z terlibat dalam aktivitas produktif, sekitar 3,04% berada dalam kategori NEET, yang menghadapi risiko keterpinggiran dari pasar kerja. Daerah urban seperti Jawa Barat memiliki tingkat pengangguran tertinggi. Sebagai generasi yang adaptif terhadap teknologi, seharusnya Gen-Z mendapatkan tempat untuk berkembang di dunia kerja.

"Saya rasa hal ini cukup ironis ya, melihat perkembangan zaman saat ini tapi kelompok kerja yang seharusnya menjadi penopang kemajuan Indonesia masih banyak yang menganggur."

Kedepannya, Kang Rachmat berharap, ada perhatian lebih dari Pemerintah maupun pihak-pihak yang dirasa bisa menjadi penekan populasi gen Z yang menganggur di masa mendatang.

"Tentu hal ini harus dilakukan agar di masa mendatang para generasi muda bisa berkembang dan misi menuju Indonesia Emas 2045 dapat terwujudkan," tutup nya.

Sebagai informasi, BPS mengungkapkan bahwa ada 9,9 juta penduduk Indonesia usia muda tanpa kegiatan atau youth not in education, employment, and training (NEET) pada 2023. Jumlah NEET yang mencapai 22,25 persen dari total penduduk usia 15 hingga 24 tahun ini menjadi indikasi adanya tenaga kerja potensial yang tidak terberdayakan. Dikhawatirkan di akhir tahun 2024 akan bertambah jumlahnya. [ham]