telusur.co.id - Juru bicara (Jubir) sebuah perusahaan khusus bahan peledak di Mozambik mengumumkan, bahwa muatan amonium nitrat yang memicu ledakan dahsyat di pelabuhan Beirut, Lebanon, adalah miliknya. Bahan itu berasal dari Georgia dan tengah dibawa ke Mozambik, namun tidak sampai ke tujuan.

“Muatan khusus bahan peledak ini dikirim untuk perusahaan-perusahaan tambang di Mozambik, yang ditahan dan disita di pelabuhan Beirut sekitar 7 tahun lalu,” kata jubir Fabrica de Explosivos Mocambique (FEM) kepada CNN yang dikutip Fars pada Sabtu (8/8/20).

Jubir itu lalu mengutarakan keheranannya, karena bahan nitrat amonium sitaan itu disimpan sekian lama di pelabuhan Beirut.

“Ini bukan bahan yang bisa disimpan begitu saja tanpa digunakan sama sekali. Ini bahan yang sangat berbahaya. Pemindahannya harus dilakukan sesuai standar transportasi yang ketat. Ini bahan berbahaya yang digunakan untuk memproduksi bahan peledak. Nitrat amonium tidak seperti mesiu. Mesiu lebih awet daripada bahan ini,” paparnya.

Seperti diketahui, ledakan dahsyat terjadi di pelabuhan Beirut pada Selasa sore (4/8/20) lalu waktu setempat. Hingga kini, tragedi ini telah menewaskan 154 orang dan melukai 5000 orang lebih. Sejumlah orang juga masih dilaporkan hilang.

Sekjen Hizbullah Sayyid Hasan Nasrullah mengkritik upaya sejumlah pihak, baik di dalam maupun luar Lebanon, yang menuding Hizbullah terlibat dalam ledakan tersebut.

“Ketika dikatakan bahwa ledakan Beirut berasal dari gudang senjata dan rudal Hizbullah, ini adalah fitnah keji terhadap kami. Hizbullah membantah dengan tegas keberadaan rudal atau bahan peledaknya di pelabuhan Beirut, baik di masa lalu maupun sekarang,” tandasnya. [Tp]