telusur.co.id - Pengamat ekonomi Yanuar Rizky berharap, Presiden terpilih Prabowo Subianto akan memilih sosok yang berintegritas dan loyal untuk memimpin BUMN. Sebagai sosok yang strukturalis, Prabowo diyakini bakal memilih orang yang tidak memiliki konflik kepentingan untuk menakhodai BUMN.
"Figur ideal untuk memimpin BUMN harus orang yang punya kompeten, pintar dan berintegritas. Karena kalau Komut dan Dirut BUMN beres, nanti ke bawah juga akan beres," kata Yanuar dalam diskusi bertajuk 'Mencari Figur Ideal Kepala Badan BUMN', yang dihelat di Jakarta Selatan, Kamis (10/10/24).
"Prabowo orang sangat paham, mana orang yang punya kompetensi dan loyal ke dia," sambungnya.
Sebagai badan yang mengurus hajat hidup orang banyak, kata Yanuar, peran BUMN sangat penting. Oleh karena itu, profesionalitas BUMN harus lebih ditingkatkan dan diperbaiki.
"Kalau BUMN tidak profesional, kita harus fokus benahi. Kalau masih ada korupsi di BUMN, kita perangi korupsinya bukan BUMN-nya," kata dia.
Sementara itu, Peneliti Sinergi Kawal BUMN, Willy Kurniawan berharap Prabowo dapat berpikir ulang untuk memasukan nama Erick Thohir. Pasalnya, banyaknya Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang rugi bahkan gulung tikar saat ini menjadi bukti bahwa Erick Thohir tidak mampu bekerja.
“Di era Erick Thohir menjadi menteri, banyak BUMN yang gulung tikar. Yang terbaru BUMN Farmasi (Kimia Farma) yang merugi dan menutup operasional lima pabrik. Selain itu, BUMN Karya seperti Waskita juga merugi,” ujar Willy.
Menurut Willy, Erick Thohir tidak fokus mengurus BUMN. Pasalnya, di waktu yang sama Erick Thohir juga sibuk mengurus PSSI.
“Lantas apa kinerja Erick Thohir yang cemerlang, buktinya utang BUMN malah menggunung. Bahkan berdasarkan data terbaru tembus diangka Rp6.000 triliun,” Tegas Willy Kurniawan.
Willy menjelaskan di masa 10 tahun Pemerintahan Jokowi aset BUMN justru tumbuh dari Rp4.577 triliun di tahun 2014 menjadi Rp10.411 triliun di akhir tahun 2023.
“Pertumbuhan aset BUMN paling cepat terjadi pada pemerintahan Jokowi periode pertama (di bawah Menteri Rini Sumarno) sebesar 16,3 persen per tahun,” katanya.
Sementara pertumbuhan aset BUMN di periode kedua (di bawah Menteri Erick Tohir) hanya 5,1 persen pertahun. Cepatnya pertumbuhan aset BUMN periode pertama adalah akibat dari kebijakan revaluasi aset BUMN yang diusulkan oleh mantan Menko Kemaritiman Rizal Ramli pada tahun 2015.
“Tercatat utang BUMN selama 10 tahun terakhir adalah sebesar Rp 959 triliun. Yang terbagi pada periode pertama sebesar Rp 125 triliun, dan periode kedua sebesar Rp 834 triliun- atau dengan kata lain sebagian besar (87 persen) utang BUMN periode Jokowi dibuat di periode kedua,” tandasnya.
Dalam diskusi ini turut hadir, Direktur Center for Budget Analysis, Uchok Sky Khadafi, dan Ketua Prabowo Mania, Immanuel Ebenezer. (Ts)