telusur.co.id - Tokoh nasional yabg merupakan aktivis 77/79, Rizal Ramli memaparkan sosok Presiden BJ Habibie dan Gus Dur, merupakan  presiden tersebut sangat demokratis,  tenang saat dikritik.  

Lantaran, keduanya lama hidup di luar negeri. Kerena itu, mereka menganggap kritik sebagai hal yang normal dalam kehidupan berdemokrasi.

"Habibie lebih banyak di luar negeri, dia membaca koran bahasa Jerman dan malam nonton CNN. Gus Dur juga demikian. “Dia cuek saja dengan kritikan. Tidak mikirin, emang gue pikirin,” ujar Rizal Ramli dalam acara Bang Arif Channel yang ditayangkan oleh Forum News Network, beberapa waktu lalu.

Rizal Ramli juga menyayangkan pengelolaan parpol karena sangat ditentukan oleh ketua umumnya. Ketua umum partai berhak melakukan recall terhadap anggota DPR.

“Saat ini, ketua umum partai politik sangat berkuasa karena dia bisa merecall anggota DPR. Padahal yang berhal merecall anggota DPR itu adalah pemilih di daerah pemilihan atau juga kalau terlibat kasus kriminal,” ujar Rizal Ramli.

Karena itu, katanya, jika dipercaya memimpin negeri ini, Rizal Ramli akan mengubah partai politik agar menjadi demokratis.

“Jadi, gampang saja menggenggam anggota DPR yaitu dengan cara pegang ketua umumnya. Mereka semua seperti PNS saja,” bebernya. 

Selain itu, jika dirinya dipercaya oleh rakyat Indonesia, hal yang akan dilakukan oleh Rizal Ramli yaitu menjadikan partai politik demokratis. Untuk itu, katanya, dia akan mengaggarkan Rp30 triliun untuk membiayai kehidupan partai politik.

“Karena itu nanti saya siapkan Rp 30 triliun untuk membiayai partai politik sehingga mereka tidak perlu ikut cari uang, tidak perlu cari bandar. Kita ikut seperti negara eropah yang mengelola partainya secara demokratis,” ujarnya.

Rizal Ramli mengatakan, demokrasi yang dipraktekkan saya ini adalah “demokrasi kriminal”. 

Karena para calon pejabat, mulai dari tingkat lokal sampai tingkat nasional selalu diminta untuk mengumpulkan duit bagi pencalonannya.(fir