Romantika Sekitar Bahaya Laten Komunisme - Telusur

Romantika Sekitar Bahaya Laten Komunisme


Telusur.co.id - Oleh : Jaya N Karim

Terinspirasi oleh dinamika politik saat ini yang begitu nyata sekali gerakan komunisme unjuk taring, saya teringat tahun 1988 dan tergerak untuk menulis tulisan ini. Kurun 80an tepatnya 1988 isu komunisme gaya baru meluas. Dapat dibayangkan bagaimana keadaan saat ini.

Sekitar awal Nopember 1988 panitia seminar "Peranan Perguruan Tinggi Dalam upaya meningkatkan ketahanan Nasional Guna Menangkal Bahaya Laten Komunisme" terdiri dari saudara/kaka saya Ukhti Dedeh Zubaidah (Sekum Senat FIA : Fakultas ilmu Administrasi Unkris), Arum Widodo (Humas Panitia) dan saya Jaya N Karim (ketua Panitia Seminar) mengunjungi rumah Prof. Dr. Dawam Raharjo/Mas Dawam, panggilan akrab para senior HMI.

Saat itu, beliau belum Profesor tapi sudah Doktor, di bilangan jl Biru Laut Cipinang Cempedak Otista Jakarta. Awalnya, kedatangan kami disambut dengan ramah dan senyuman sang Profesor yang juga tokoh dan alumni HMI. Setelah disilahkan duduk, kami sampaikan maksud mengundang Mas Dawam jadi pembicara dalam seminar dimaksud.

Kami sampaikan waktu pelakaanaannya sekitar 12 hari lagi, tanggal 22 Nopember 1988. Seketika pembicaraan kami dipotong beliau. Marah dan agak nyaring volumenya.  Singkatnya beliau menolak jadi pembicara dan tanpa saran pengganti. Beberapa saat kemudian kami diajak masuk ruang pustaka. Sambil memperlihatkan buku-buku, beliau katakan apa saya sanggup baca sekaligus nulis makalah dalam waktu singkat. Apa yang saya tulis dan apa yang didapatkan peserta. Jangan jebak saya katanya kira-kira begitu. (siapa yang mau jebak dalam hati kami).

Teh Dedeh, Arum dan saya saling pandang. Misi gagal. Tanpa berlama-lama, kami pamit dengan tangan kosong. Di dalam mobil Arum kami terdiam sesaat. Tak lama teh Dedeh mengusik diam kami, besok kemana lagi, waktu mepet nih katanya. Bingunglah kami mencari pengganti.

Beberapa hari kemudian, kami berkunjung ke rumah Brigjen Nicklany Soedarjo (mantan Sekmil presiden Soeharto, salah seorang pelaku sejarah dan Ketua Yayasan Serangan Umum 11 Maret 1948).

Tak disangka perlakuan sama kami alami.  Pak Nick. Salam kami disambut dengan salam dari kolong mobil sambil marah-marah panjang lebar. Ternyata beliau sedang utak atik kolong mobil. Kira-kira beliau katakan, saya ini cape baru datang dari Jogja nyetir mobil sendiri, upacara pemakaman ibu Tin (ternyata sepupu sekali beliau) Padahal janji sudah dijalin. 

Setelah puas dengan ngomelin, beliau baru nanya siapa kami dan apa hajat kami.  Serempak teh Dedeh dan saya jawab (Arum karena masih yunior hanya diam). Kami mahasiswa Unkris dan panitia seminar. Proposal dan penjelasan isinya kami uraikan singkat sambil berdiri, tidak ada duduk. Pertemuan singkat, tapi ada solusi.  Pak Nyck siap hadir sebagai pembicara. Satu soal terjawab. Masalah muncul ketika Pak Nick menyuruh kami catat alamat dan no telepon kantor untuk bertemu di kantornya. Tak seorang pun kami bawa bollpoin. Spontan pak Nick marah lagi. Senjata mahasiswa itu bollpoin kalau tentara pistol kalian tidak bawa, ujarnya. Beliau kemudian masuk dan ke luar rumah untuk pinjamkan pistol eh.....bolpoin dan saya catat. Aman, dalam hati kami.  Alhamdulillah misi sukses.

Sesuai dengan janji, dua hari kemudian kami menuju kantor Pak Nick. Kami menggunakan mobil teman yang juga panitia, Marsigit namanya.  Ikut juga beberapa panitia yaitu Riwal dan satu lagi saya lupa orangnya. Perjalanan dari kampus ke kantor Pak Nick, seperti yang sudah diduga Sigit, mobil kehabisan bensin di Penas. Antisipasi jangan kena marah lagi karena terlambat sambil isi bensin eceran saya telepon via telpon umum yang saat itu memang ada di mana-mana dan lewat telepon kami beritahukan bahwa kami kehabisan bensin di jalan. Tidak apa-apa kata pak Nick maklum. Dan untungnya lagi, meskipun dana panitia belum keluar, mobil Sigit tetap terisi bensin cara patungan. Dipastikan, karena saya ketua, saya lebih banyak patungannya.

Di kantor Pak Nick di Jalan Suryopranoto, kami disambut hangat oleh beberapa staf dan langsung disilahkan masuk ke ruang beliau. Ternyata minuman dan hidangan ringan telah disediakan.

Sekali lagi Pak Nick menyatakan kesiapannya hadir. Dan yang membuat kami semangat. Pertemuan singkat namun akrap dan hangat pun berakhir karena kesibukan beliau.  Perjalan pulang ke sekretariat panitia di Kampus kami terus bicarakan rencana berikutnya.

Hari demi hari kami terus bergerak untuk suksesnya acara. Alhamdulillah acarapun terlaksana sesuai proposal (yang telah direvisi) dengan para pembicara 1. Prof. DR.  Letjen TNI. Suhardiman, SE, (pelaku sejarah dan pakar intelijen) 2. Kolonel Rusli Yatim dari PUSJARAH ABRI (sebelum jadi TNI), 3. Drs. Dahlan Ranuwiharjo, angkatan 45 sekaligus angkatan 66 Ketum PB HMI 1951-1953 (atas rekomen Bang Zulvan Lindan). 4. Brigjen Nicklany Soedarjo, (pelaku sejarah dan tokoh nasional). Brigjen R. Moehono, sebagai Rektor UNKRIS memberi sambutan sekaligis membuka acara. Sementara pemandu acara adalah Drs. Bambang Sulistomo dan Drs. Madiri Tamrin Sianipar dosen Unkris. Alhamdulillah peserta mahasiswa FISIP se DKI dapat dikatakan lebih dari 70 % berdasarkan buku tamu.


Tinggalkan Komentar