Telusur.co.id - Oleh : Yusuf Hasani (Pemerhati Partai Politik Islam)
Muktamar adalah forum pengambilan keputusan tertinggi di lingkungan Partai Bulan Bintang, sedianya akan digelar di Bali pada tanggal 13 -15 Januari 2025. Perhelatan akbar ini tidak saja bertujuan pergantian kepemimpinan Dewan Pimpinan Pusat Partai Bulan Bintang (DPP PBB), tapi juga dimaknai sebagai ikhtiar melakukan perubahan dan perbaikan “Islah wa tajdid”demi kemajuan PBB kedepan.
Muktamirin tentu mafhum dengan kondisi partai saat ini menghadapi tantangan yang tak mudah, karena tuntutan keadaan menghendaki adanya penyesuaian-penyesuaian dalam berbagai hal bagi sebuah partai politik. Mencermati kondisi PBB tampaknya belum bergeser jauh dari perspektif Masyumi, sebut saja syareat Islam menjadij argon politik yang dikampanyekan dan secara fundamentalistik melembagakan tema islamic modernism dalam sifat ideologi partainya.
Pada sisi lain, seperti dikatakan Yudi Latif, “sulit ditemukan partai dan politisinya secara sungguh-sungguh setia pada fatsoen politik atau sanggup menerjemahkan klaim ideologinya ke dalam kebijakan dan agenda politik yang konkrit”. Fungsi partai politik sebagai sarana pendidikan politik, sosialisasi, partisipasi dan komunikasi politik, utamanya dalam memperjuangkan kepentingan masyarakat, belum sepenuhnya berjalan baik.
Secara historis periode awal PBB cukup diperhitungkan di Parlemen hinggga tahun 2014. Pasca Pemilu 2014 PBB absen di Perlemen (DPR-RI) hingga kini. Demikian pula perolehan kursi DPRD disejumlah daerah pada setiap pemilu juga cenderung menurun. Mestinya fakta ini menyadarkan para muktamirin untuk menelorkan keputusan-keputusan Muktamar yang diyakini sanggup menjawab tantangan kedepan serta mampu meningkatkan spirit juang para kader untuk kembali wujudkan kejayaan PBB. Baik pula, Muktamar IV diniatkan melakukan perubahan secara sungguh sungguh. Perubahan dimaksud diantarannya adalah strategi dan gaya kepemimpinan partai. Strategi adalah keseluruhan dari rencana diarahkan untuk mewujudkan kemenangan, sedangkan gaya kepemimpinan yang dibutuhkan adalah kepemimpinaan pembaharu (transformatif).
Sejatinya forum Muktamar hendaknya dijadikan majelis muhasabah akbar (evaluasi nasional) secara menyeluruh dan adanya kesediaan melakukan otokritik sebagai pintu pembuka era baru PBB. Itu berarti dibutuhkan pikiran-pikiran cerdas yang muncul dari para kader PBB. Menurut penulis, muktamirin memiliki dua opsi, bila ingin berkiprah secara politik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yakni; pertama, mempertahankan PBB sebagai kendaraan politik memperjuangkan kepentingan umat dan bangsa, kedua bergabung dengan partai politik Islam yang lain sebut saja PPP, Partai Umat dan Partai Masyumi.
Jika pilihannya pada opsi pertama, maka diperlukan upaya-upaya luar biasa agar masyarakat muslim tanah air menerima PBB sebagai rumah kita sebagaimana dikehendaki bang Yusril. Upaya luar biasa boleh jadi dalam bentuk revitaslisasi dan optimalisasi peran-peran organisasi pada semua tingkat dan level, sembari membaca dinamika politik keumatan dan proses-proses politik yang kadang menghadirkan umat semakin berprilaku pragmatis.
Sesunggunya basis massa PBB terdiri dari Islam modernis dan Islam tradisional. Perlu diingat bahwa Islam kategori tradisional tidak memerlukan treatmen ide, tapi didekati dengan keteladan moral dan treatmen praktis. Oleh karema itu, kepemimpinaan terpilih diharapkan dapat mengatasi kompleksitas masalah yang tidak hanya melakukan langkah-langkah cepat tapi juga lompatan-lompatan jauh agar mampu meningkatkan perolehan suara pada Pemilu 2029 mendatang atau dengan kata lain targetnya lolos ambang batas parlemen (parliamentary threshold). Pertanyaan klasik yang belum terjawab hingga kini adalah negara dengan penduduk mayoritas umat Islam, tapi partai politik Islam kurang diminati umatnya. Fakta ini mendesak kaji ulang ikhtiar-ikhtiar yang dilakukan partai politik Islam. Untuk opsi kedua sudah pernah digagas oleh ketua Fraksi waktu itu kanda H.Jamaludin Karim, SH, MH (Almarhum) dan anggota DPR-RI dari Fraksi PBB, hanya saja elit DPP PBB belum memiliki kesamaan pandang alias ada yang terima ada pula yang menolak.
Mencermati kecenderungan tokoh-tokoh PBB diberbagai daerah menjelang Muktamar menghendaki kehadiran pemimpin muda menakodai PBB era baru. Kecenderungan ini cukup beralasan, karena di berbagai tempat dan waktu kaum muda selalu tampil menoreh sejarah dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Ibarat gayung bersambut, kecenderungan bahkan harapan tokoh -tokoh PBB terjawab dengan kehadiran Gugun Ridha Putra, SH, MH, yang telah berketetapan hati maju sebagai calon Ketua Umum PBB periode 20205-2030.
Kesediaan intektual PBB ini sebagai representative kaum muda diutarakan beberapa waktu lalu di Jakarta. Gugun pun menyampaikan sejumlah ide besar memajukan PBB. Calon lain adalah Dr, Fahri Bahmid, SH,MH saat ini sebagai pejabat ketua Umum DPP PBB.
Ide dan gagasan Gugun mengingatkan penulis tentang khalifah Umar bin Abdul Aziz. Suatu ketika khalifah mengundang perwakilan masyarakat dari berbagai penjuru negeri. Khalifah kemudian mempersilahkan para utusan mengawali pembicaraan. Seorang anak muda mengangkat tangan tanda ingin berbicara, tapi kata khalifah sebaiknya yang mengawali pembicaraan adalah orang yang lebih tua, anak muda ini mengatakan ya khalifah jangan lihat siapa yang berbicara, tapi dengarlah apa isi pembicaraannya.
Sang khalifah menyadari dan mempersilahkan anak muda tadi untuk mengawali pembicaraan. Oleh karena itu penulis lanjutkan menulis ide dan gagasan Gugun sebagai perwakilan kaum muda agar didengar khalayak PBB.
Dalam pandangan Gugun, Partai Bulan Bintang adalah partai politik Islam yang menjadi eskponen penting sebagai repsentasi politik umat Islam mewujudkan Islam yang rahmatan lilalamim, menyebarkan nilai-nilai Islam yang modernis, inklusif dan toleran dalam bingkai keindonesiaan. Menurutnya kehadiran PBB di era reformasi sejak 26 tahun lalu menghadapi tantangan-tantangan baru yang muncul dari perkembangan teknologi informasi dibarengi perubahan demografi pemilih yang mayoritasi anak muda (generasi milenial dan Gen-Z) tentu menuntut partai ini melakukan kerja-kerja akselerasi untuk menguatkan eksistensinya.
Gugun yang memiliki kepekaan politik tinggi dan visioner berpendapat keterlibatan anak muda merupakan kebutuhan bukan pilihan, menginspirasi anak-anak muda untuk percaya bahwa politik adalah jalan luhur memperbaiki bangsa dan negara.
Pada saat yang lain ketua Badan Kehormatan Partai ini mengatakan dia memilih jalan memperbaiki partai ini. Bagi Gugun, berjalan di jalan ini sudah pasti adalah orang-orang yang lebih mengkhawatirkan keadaan partai dibandingkan keadaan dirinya. Oleh karena itu, kejernihan berfikir muktamirin menentukan pilihan yang benar adalah jawaban terhadap masa depan PBB. Selamat Bermuktamar. Berjayalah PBB.