Syahganda-Jumhur Ditangkap, Fahri Hamzah: Sembrono Dan Tak Punya Etika - Telusur

Syahganda-Jumhur Ditangkap, Fahri Hamzah: Sembrono Dan Tak Punya Etika


telusur.co.id - Penangkapan anggota dan petinggi Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) Syahganda Nainggolan, Jumhur Hidayat dan kawan-kawan (dkk), mendapat kecaman. Khususnya, dua orang tersebut, dinilai merupakan sosok aktivis idealis. 

"Kalau penguasa mau mendengar, Jumhur dan Syahganda jangan ditangkap. Mereka adalah alumni ITB yang idealis. Saya kenal keduanya sudah sejak 30 tahun lalu. Mereka adalah teman berdebat yang berkualitas. Mereka dulu korban rezim Orba yang otoriter. Kok rezim ini juga mengorbankan mereka?" tulis eks Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah dalam akun Instagramnya, Sabtu (17/10/20).

Fahri mengatakan, dulu ia menentang teori “crime control” dalam pemberantasan korupsi yang dianut KPK. Tapi kini ia menilai KPK sudah kembali ke jalan hukum. Namun ia justru bersedih karena ideologi yang lama justru dipraktekkan penegak hukum lain

"Dulu saya menentang teori 'crime control' dalam pemberantasan korupsi yang dianut KPK. Sebab saya khawatir ini akan jadi mazhab penegakan hukum di negara kita. Saya bersyukur melihat KPK lembali ke jalan hukum, tapi sedih dengan ideologi lama itu di praktekkan penegak hukum lain," tuturnya.

Wakil Ketua Umum Partai Gelora ini memaparkan, inti dari "crime control" adalah penegakan hukum yang mendorong "tujuan menghalalkan cara" atau "end justifies the means". 

Penegak hukum menganggap menangkap orang tak bersalah agar tercipta suasana terkendali. Padahal kedamaian dan ketertiban adalah akibat dari keadilan.

Jika melihat urutan dari kriminalitasnya, Fahri mengatakan yang lebih dulu ditangkap adalah orang-orang terekam CCTV sebagai perusuh, bukan kritikus yang berjasa bagi demokrasi.

"Kalau melihat abjad dari kriminalitasnya, yang harus ditangkap duluan ya orang-orang yang terekam CCTV itu sebagai perusuh. Bukan kritikus Yang berjasa bagi demokrasi," tutur Fahri.

Fahri menyebut, hukum tidak boleh menyasar para pengritik sementara perusuh dan vandalime belum diselesaikan.

"Sungguh suatu tindakan yang sembrono dan tidak punya etika. Mau apa sih kita ini? Mau adu domba siapa lagi? Mau ngerusak bangsakah kita?” katanya.

Fahri mengatakan, hanya bisa berharap kepada Presiden dan Wakil Presiden, semoga bisa jernih melihat realita yang terjadi saat ini.

“Saya hanya bisa kirim doa kepada pak presiden & pak kyai. Semoga bisa jernih melihat realitas ini. Kita tidak bisa begini," tukasnya.[Fhr]
 


Tinggalkan Komentar