Syekh Qassem: Hizbullah akan Berada di Sisi Suriah untuk Melawan Agresi - Telusur

Syekh Qassem: Hizbullah akan Berada di Sisi Suriah untuk Melawan Agresi

Pemimpin gerakan perlawanan Hizbullah Lebanon, Sheikh Naim Qassem. (Foto: Presstv).

telusur.co.id - Pemimpin baru gerakan perlawanan Hizbullah Lebanon, Sheikh Naim Qassem, bersumpah untuk terus mendukung Suriah untuk menggagalkan serangan baru-baru ini yang dilancarkan oleh teroris Takfiri yang didukung oleh Amerika Serikat (AS) dan Zionis Israel. 

“Serangan terhadap Suriah disponsori oleh AS dan Israel, kelompok-kelompok teroris Takfiri selalu menjadi alat mereka sejak tahun 2011 ketika krisis dimulai di Suriah,” kata Sheikh Naim Qassem, dikutip dari Presstv, Jumat (6/12/24).

"Hal itu terjadi setelah kegagalan mereka di Gaza... dan setelah kesepakatan untuk mengakhiri agresi ke Lebanon dan kegagalan upaya untuk menetralisir Suriah,” tambahnya.

Sheikh Qassem mengatakan bahwa para teroris berusaha menggulingkan pemerintah di Suriah dan menyebabkan kekacauan di negara itu karena dukungannya kepada pemberontak, namun mereka “tidak akan dapat mencapai tujuan mereka meskipun apa yang telah mereka lakukan dalam beberapa hari terakhir.”

“Kami sebagai Hizbullah akan berada di sisi Suriah untuk menggagalkan tujuan agresi ini semampu kami,” tambahnya.

Seikh Qassem memperingatkan rezim-rezim Arab yang tetap diam dalam agresi di Gaza dan sekarang dalam serangan terhadap Suriah bahwa “setiap keuntungan bagi Israel adalah kerugian bagi Anda juga, dan tidak hanya kerugian bagi Palestina, Suriah dan Lebanon dan yang lainnya.”

“Kami menghadapi proyek ekspansionis Israel yang sangat berbahaya di Timur Tengah,” ungkapnya.

Kelompok teror yang dipimpin oleh Hayat Tahrir al-Sham (HTS) telah melancarkan serangan berskala besar di Suriah, menduduki beberapa wilayah di barat laut negara Arab tersebut.

Angkatan bersenjata Suriah terus memerangi teroris yang didukung oleh pihak asing, dan menimbulkan kerugian besar bagi mereka.

'Hizbullah sangat kuat'

Di bagian lain pidatonya, Seikh Qassem menegaskan bahwa Hizbullah tetap “kuat”, meskipun telah 14 bulan berperang dengan rezim penjajah Israel.

“Hizbullah kuat dengan struktur, perwakilan parlemen, popularitas, dan institusi-institusinya ... dan karena ia membela hak, hak Palestina untuk membebaskan tanah mereka dan hak Lebanon untuk membebaskan tanah mereka,” ujarnya.

Qassem mencatat bahwa agresi Zionis Israel ke Lebanon gagal mencapai tujuannya, termasuk menghabisi gerakan perlawanan.

Dia menghubungkan kemenangan melawan Israel dengan “tiga” faktor; yaitu keteguhan para pejuang perlawanan, darah dan pengorbanan yang dilakukan oleh para syuhada, terutama pendahulunya Sayyed Hassan Nasrallah, yang, katanya, meningkatkan tekad kelompok itu, dan pemulihan struktur komando dan kontrol Hizbullah yang berhasil menjalankan pertempuran “secara efisien.”

“Kami menang karena perlawanan kami tetap ada dan terus berlanjut dan akan semakin bersinar,” katanya.

Israel terpaksa menerima gencatan senjata dengan Hizbullah setelah mengalami kerugian besar setelah lebih dari 14 bulan berperang dan gagal mencapai tujuannya dalam agresinya di Lebanon. Perjanjian gencatan senjata secara resmi mulai berlaku minggu lalu.

Qassem menekankan bahwa Hizbullah akan menilai krisis yang melanda perlawanan dan “mengambil pelajaran untuk mengembangkan” kinerjanya di semua bidang.

“Perlawanan telah menderita luka-luka serius, tetapi akan pulih, Insya Allah, secara bertahap seiring berjalannya waktu,” ungkapnya.

Hizbullah membuka front dukungan untuk warga Palestina di Gaza hanya sehari setelah rezim Israel melancarkan perangnya terhadap wilayah yang terkepung pada Oktober 2023, melancarkan berbagai serangan balasan terhadap target Israel di wilayah pendudukan. [Tp]


Tinggalkan Komentar