Tahun Kedua Pandemi Covid19, Bagaimana Masyarakat Menyambut Lebaran Kali ini? - Telusur

Tahun Kedua Pandemi Covid19, Bagaimana Masyarakat Menyambut Lebaran Kali ini?

ilustrasi. foto net

telusur.co.id - RB Consulting, Research & Business Consulting bekerja sama dengan Snapcart melakukan survei online kepada 1.050 responden laki-laki dan perempuan usia 18-50 tahun yang merayakan Idul Fitri di semua kelas sosial ekonomi, tinggal di Pulau Jawa, Sumatera dan beberapa daerah di Indonesia.  Survei ini diadakan dua kali yaitu tanggal 26 Maret 2021 kepada 300 responden sebelum pengumuman pemerintah untuk melarang mudik, dan tanggal 1-5 April 2021 kepada 750 responden setelah pengumuman tersebut. Dan hasilnya dapat dirangkum sebagai berikut

Sebelum pandemi, sekitar tigaperempat warga kota besar di seluruh Indonesia mudik.  Namun sewaktu pandemi melanda di tahun 2020, jumlah ini menurun drastis menjadi hanya sepertiga saja yang mudik.  Jumlah pemudik dari DKI Jakarta merupakan yang terendah dibandingkan pemudik dari daerah lain karena larangan mudik oleh pemerintah waktu itu.

Tahun ini, sebelum diresmikan larangan mudik secara nasional oleh pemerintah, sekitar dua pertiga orang berencana mudik, dimana jumlah pemudik tahun ini mendekati jumlah pemudik sebelum pandemi terjadi. Namun, setelah pengumuman larangan mudik, jumlah calon pemudik langsung turun sampai dengan 58%. Persentase ini pun masih tinggi mengingat pemerintah melarangnya. Rencananya mereka akan mudik jauh sebelum masa dilarang mudik berlaku, yaitu tanggal 7 – 17 Mei 2021.

Iwan Murty, CEO RB Consulting mengatakan, meskipun pandemi masih dirasakan saat ini, namun keinginan masyarakat untuk mudik berlebaran di kampung halaman cukup tinggi, yakni 67% sebelum pengumuman pemerintah tentang pelarangan mudik, dan 58% masih tetap akan mudik meskipun sudah ada larangan mudik dari pemerintah.                                                                                                                  

Seperti biasa, kebiasaan belanja masyarakat selama bulan Ramadhan dipastikan meningkat dibandingkan bulan-bulan bulan-bulan lainnya. Sebelum pandemi, sekitar 52% dari responden mengatakan bahwa pengeluaran mereka meningkat selama Ramadhan.  Tahun 2020 lalu sewaktu pandemi, angka ini turun drastis menjadi hanya 33%.  Tahun ini, 46% responden memperkirakan pengeluarannya akan meningkat lagi selama Ramadhan dibandingkan bulan-bulan normal. 

Angkanya sama di semua kelas sosial ekonomi yang kemudian bisa mengindikasikan bahwa konsumen merasa positif atau mempunyai keyakinan yang lebih tinggi terhadap situasi saat ini.  Sebagai perbandingan 5 tahun yang lalu, tahun 2016, jumlah responden yang mengatakan pengeluaran mereka meningkat selama bulan Ramadhan jauh lebih tinggi mencapai sekitar 69%.

Iwan Murty menambahkan, selain belanja makanan dan minuman, belanja kebutuhan lainnya sangat berkurang drastis. Responden di kelas sosial ekonomi atas mempunyai rencana untuk bersantap di luar rumah seperti di restoran atau di mall dibandingkan responden dari kelas sosial ekonomi menengah ke bawah, dan rencana makan di luar ini juga lebih tinggi di antara pekerja. 

Nampaknya pengumuman pemerintah daerah bahwa Jakarta mendapat kelonggaran berusaha dan restoran bisa beroperasi sampai pukul 22:30 (batas sebelumnya pukul 21:00) dapat mendorong pembelanjaan konsumen.

Ramadhan tahun ini adalah tahun ke-2 dalam masa pandemic, oleh sebab itu aktifitas digital menjadi jalan keluar untuk tetap bersilaturahmi dan menunaikan ibadah.  Halal bihalal, ngabuburit dan transfer angpau Lebaran menjadi kegiatan yang mendominasi dilakukan secara digital.  Selain ketiga kegiatan tersebut, lonjakan kegiatan yang dilakukan secara digital lainnya adalah zakat, sungkeman, pengajian dan sholat Ied kemudian infaq dan sodaqoh.

1 dari 5 responden mengatakan pasti akan pergi kalau ada undangan untuk buka bersama.  Laki-laki yang berusia lebih muda cenderung memastikan akan menghadiri undangan buka bersama.  52% kemungkinan akan datang, 21% kemungkinan tidak datang dan 6% saja yang sama sekali tidak akan datang.

Akun media sosial dan aplikasi Islami dipergunakan oleh 52% responden laki-laki dan 64% responden perempuan.  Lebih banyak perempuan dari pada laki-laki yang menggunakannya.  Sementara responden usia 18-24 tahun merupakan pengguna terbanyak 62%, disusul oleh 25 – 34 tahun 56% dan usia yang lebih tua 35-50 tahun, sebanyak 52%.

Dari 605 responden yang mengakses aplikasi Islami secara teratur memilih aplikasi paling popular yaitu Muslim Pro yang dipilih oleh 47% responden, terbanyak di usia 18-24 tahun, Masjid Terdekat dipilih oleh 17% responden, terbanyak di usia 35-50 tahun dan Tanya Ustadz dipilih oleh 15% responden, terbanyak di usia 35-50 tahun juga. [ham]


Tinggalkan Komentar