telusur.co.id - Panglima Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran Mayjen Hossein Salami menyuarakan kembali prediksi Pemimpin Besar Iran Ayatullah Sayid Ali Khamenei yang disampaikan beberapa hari lalu bahwa Suriah pada akhirnya akan bebas dari pendudukan asing oleh para pemuda Suriah sendiri.
Dilansir Presstv, dalam sebuah upacara pada hari Minggu (15/12/24), Salami mengatakan bahwa kekuatan asing saat ini mencabik-cabik Suriah seperti “serigala lapar” di mana pasukan Zionis beroperasi di selatan dan yang lain di utara dan timur Suriah.
“Zionis dapat melihat keluarga-keluarga di Damaskus dengan mata telanjang, ini benar-benar tidak dapat ditoleransi. Kita harus berdiri teguh, dan seperti yang dikatakan Pemimpin Besar kita, Suriah akan terbebas, dengan izin Allah, melalui para pemudanya yang kuat dan berpengalaman,” ungkap Salami.
Ayatullah Khamenei pada hari Rabu lalu menyatakan kaum muda Suriah akan bangkit berjuang melawan dan mengatasi situasi sebagaimana telah juga telah dilakukan oleh para pemuda Irak.
“Wilayah pendudukan Suriah akan dibebaskan oleh pemuda Suriah yang bersemangat. Jangan ragu bahwa ini akan terjadi,” tegas Ayatullah Khamenei.
Dia juga mengatakan, “Pijakan Amerika juga tidak akan bertahan lama. Dengan daya dan kekuatan ilahi, AS juga akan terusir dari kawasan (Timur Tengah) oleh front perlawanan.”
Salami juga memperingatkan bahwa Zionis akan membayar harga yang mahal atas aksi ilegal mereka di Suriah.
“Mereka akan dikubur di tanah ini, meski ini membutuhkan waktu,” katanya.
Panglima tertinggi IRGC menjelaskan bahwa di masa pemerintahan presiden terguling Bashar al-Assad, penasihat militer Iran pergi ke Suriah demi menjaga martabat Suriah, bukan untuk mengejar aneksasi atau ambisi
Dia memastikan bahwa selama kehadiran penasihat militer Iran di Suriah, rakyat negara ini menjalani kehidupan yang bermartabat.
Iran adalah negara pertama yang bergegas membantu Suriah ketika negara ini mulai dilanda pemberontakan dan terorisme yang disponsori asing pada tahun 2011.
Pada tahun 2017, pasukan Suriah yang didukung oleh Iran dan Rusia, berhasil mengalahkan kawanan teroris ISIS. Namun, bagian utara Suriah tetap berada di bawah kendali militan dan pasukan pendudukan asing.
Pada tanggal 27 November 2024, militan yang didukung asing, yang dipimpin oleh Hay’at Tahrir al-Sham (HTS), mengumumkan jatuhnya pemerintahan Presiden Bashar al-Assad setelah serangan cepat selama dua minggu.
Tak lama kemudian, Israel gencar membombardir infrastruktur Suriah dan memperluas pendudukannya di negara Arab ini.
Beberapa negara regional mengatakan Israel memanfaatkan kekacauan di Suriah untuk merebut lebih banyak wilayah. [Tp]