telusur.co.id - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menekankan pentingnya hilirisasi dalam mengembangkan aneka produk dari kratom melalui koperasi di Kalimantan.
"Saat ini, proses produksi Kratom itu sudah bisa dilakukan oleh koperasi," kata Teten usai mengunjungi Sentra Produksi Kratom milik Koperasi Produsen Anugerah Bumi Hijau (Koprabuh) cabang Kalimantan Timur, di Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara, Jumat (13/9/14).
Kratom merupakan tanaman endemik Asia Tenggara yang sejak lama daunnya dimanfaatkan secara tradisional oleh masyarakat sebagai tumbuhan herbal dan memiliki nilai ekonomi yang cukup besar.
Didampingi Deputi Bidang Perkoperasian KemenkopUKM Ahmad Zabadi dan CEO Koperasi Koprabuh Indonesia, Yohanis Walean, Teten menambahkan, langkah strategis pengembangan produk kratom bahkan sudah ada dibahas di Rapat Kabinet yang dipimpin Presiden Jokowi. "Karena, ini sangat layak untuk dikembangkan sebagai peningkatan ekonomi Kalimantan," kata Menteri Teten.
Teten optimistis hilirisasi produk kratom dapat dilakukan apalagi Koperasi Koprabuh sudah melakukan riset yang cukup mendalam. Dan ini bisa menjadi bahan baku bagi supply chain untuk industri farmasi, makanan dan minuman, serta sektor-sektor lainnya. "Ini yang ingin kita kembangkan produksinya," kata Menteri Teten.
Bahkan, terkait pasar, Menteri Teten menyebutkan, permintaan dunia sudah semakin besar. Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, nilai ekspor kratom selalu mengalami pertumbuhan dengan tren sebesar 15,92 persen per tahun, sejak 2019.
Salah satu negara tujuan ekspor utama kratom Indonesia adalah Amerika Serikat. Pada periode Januari-Mei 2023, porsi AS mencapai 4,86 juta dolar AS atau 66,30 persen dari total ekspor kratom Indonesia.
"Jangan sampai negara lain yang mengambil potensi besar dan keuntungan dari kratom ini," kata MenkopUKM.
MenkopUKM pun mengingatkan agar masyarakat tidak menjual bahan mentahnya saja, namun harus diolah agar terwujud hilirisasi. Menteri Teten meyakini, embrio untuk teknologi hilirisasi tersebut sudah ada.
"Ini sebenarnya hilirisasi, supply chain-nya, bahan bakunya, dari para petani. Hilirisasinya butuh teknologi, dan itu tidak mahal. Ini bisa dipakai di Rumah Produksi Bersama," kata MenkopUKM.
Ke depan, Menteri Teten berharap kratom harus menjadi produk yang memiliki nilai tambah dan nilai ekonomi lebih. "Dan ini bisa menjadi produk unggulan dari Kalimantan," kata MenkopUKM.
Bahkan, dengan pengembangan bahan baku lokal yang melibatkan banyak orang, hal ini bisa mengangkat kesejahteraan masyarakat.
Yang pasti, komoditas kratom memiliki potensi sangat tinggi bagi peningkatan kesejahteraan petani, pendapatan daerah, dan pendapatan nasional, sehingga perlu ada regulasi tata kelola kratom yang melindungi kepentingan petani dari tengkulak maupun eksportir nakal.
Dalam hal ini, MenkopUKM mewanti-wanti agar ekosistem perdagangan dan investasi harus tepat dan terjaga baik. "Kalau tidak, nilai ekonomi dari kratom bisa diambil pihak lain," kata Menteri Teten.
Sementara itu, Yohanis Walean menyatakan bahwa produk Kratom sudah masuk kategori herbal dan legal ekspor yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan. "Istilahnya adalah Emas Hijau, yang potensinya lebih besar dari sawit," ucap Yohanis.
Penanaman kratom pun terbilang tidak rumit. "Kuncinya, harus yang dekat sumber air, daerah aliran sungai, rawa, dan tepi danau. Walaupun terendam banjir selama tiga bulan, pohon kratom tetap tumbuh bertahan," ujar Yohanis.[Fhr]