telusur.co.idJakarta – Kendati jumlah masyarakat Betawi di Tanah Abang terus mengalami penurunan, namun, pengaruh tradisi Betawi di kawasan pusat grosir tekstil terbesar di kawasan Asia Tenggara ini masih sangat kuat. Hal tersebut dibuktikan dengan masih hidupnya budaya dan tradisi yang hidup di masyarakat betawi Tanah Abang, seperti Rowahan.

Rowahan adalah aktivitas penutupan pengajian dan persiapan menuju bulan Ramadhan. Dalam Rowahan, biasanya keluarga berziarah ke makam orang tua dan saudara, membaca surah Yasin, salawat kepada Nabi Muhamad SAW, membaca tahlil sekaligus mengirimkan doa-doa kepada orang tua, keluarga maupun saudara yang sudah terlebih dahulu menghadap Allah SWT.

“Karena identitas warga Betawi tidak lepas dari silat, sholat dan mengaji, maka selain pembacaan surah Yaasiin, salawat Nabi Muhammad SAW, tahlil dan mengirimkan doa-doa kepada para sesepuh Tanah Abang ,” kata Ketua Sikumbang Tenabang, Roni Adi dalam sebuah acara silaturahmi dan Ngopi Tenabang bersama Pimpinan Organisasi Masyarakat dan Tokoh Se-Tanah Abang, di Masjid Jami Al-Makmur, Jalan KH. Mas Mansyur, Kebon Kacang, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Minggu (11/04/2021).

Kegiatan Rowahan dan Temu pimpinan ormas-ormas se-Tanah Abang ini terselenggara berkat kerjasama dan dukungan penuh pimpinan 23 ormas/komunitas dan tokoh-tokoh masyarakat yang ada di Tanah Abang.

Hadir dalam acara itu diantaranya yakni, Danramil 05 / Tanah Abang, Mayor Arh Saryono, Sekretaris Lurah Kebon Kacang, Bimaspol Kelurahan Kebon Kacang dan tokoh-tokoh masyarakat Tanah Abang antara lain Bang Ucu, Bang Dedy Syukur, Bang Yusmadi dan Bang H. Heru serta puluhan pimpinan ormas dan atau komunitas se-tanah abang.

Selain menggelar Silaturahmi dan mengamalkan tradisi Rowahan, acara ini juga disi dengan talkshow sejarah silat Tanah Abang. Hal ini, kata Roni dimaksudkan untuk menjaga dan mengantisipasi adanya pembelokan informasi atau sejarah.

Dalam Talkshow sejarah silat Tanah Abang itu, para narasumber yang mengisi pun sangat kompeten, diantaranya yakni, Bang Ipung dan Bang Zul Bachtiar dari keluarga besar Kong Sabeni, Bang Amri Muchlis dari keluarga besar Kong Rahmat, Bang Anang dari aliran Silat Rahmat jalur Kong Du’ dan Sendeng serta Bang Anas dari aliran Silat Jingkrik jalur Kong Sinan.

“Semua narasumber merupakan praktisi silat Tanah Abang yang masih eksis mengajar silat hingga hari ini,” kata dia.

“Mudah-mudahan wejangan dari para narasumber dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang sejarah tradisi silat Tanah Abang dan kearifan lokal masyarakat Betawi Tanah Abang serta dapat menyentuh pula para generasi milenial yang lebih sering memanfaatkan gadgetnya untuk posting, share dan comment. Kebiasaan generasi milineal ini harus dijadikan faktor pendorong juga agar silat khas Tanah Abang (Sabeni & Rahmat) dapat lebih dikenal dan diterima masyarakat, menyesuaikan dengan kemajuan teknologi,” sambung Roni

Selanjutnya, acara ditutup dengan melakukan ziarah bareng ke makam Kong Sabeni (1860 – 1945), pendiri aliran silat Sabeni, makam Bang Edy Kumaydi (1967 - 2014) pengajar silat kombinasi Sabeni dan Rahmat serta makam Cing Ramdhani (1935 – 2001) yang semasa hidupnya, Cing Ramdhani selain masih keturunan dari kong Rahmat, beliau juga mengajar silat aliran Rahmat (1860 – 1935) dan memiliki ratusan murid dari kawasan Tanah Abang dan sekitarnya.

“Dengan diadakannya kegiatan Rowahan dan Temu Pimpinan Ormas-ormas se- Tanah Abang dan para Tokoh Masyarakat Tanah Abang ini, selain ingin merekatkan kembali ikatan kekerabatan di antara warga masyarakat baik yang masih tinggal di Tanah Abang maupun yang sudah pindah dari Tanah Abang, juga untuk meningkatkan komunikasi dan hubungan yang harmonis antar- ormas atau komunitas se-Tanah Abang,” kata dia.

Sekedar informasi, Acara silaturahmi Ngopi Tenabang ini dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan Covid-19, para undangan yang hadir sangat dibatasi dan sebelum memasuki tempat acara, semua undangan terlebih dahulu harus membawa surat negative Covid-19 dan dilakukan pengukuran suhu tubuh, serta mencuci tangan dan menggunakan masker.