telusur.co.id - Inovasi teknologi terus mengubah berbagai industri di seluruh dunia, termasuk sektor energi. Salah satu perkembangan terbaru yang menarik perhatian adalah upaya PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dalam mengubah batu bara menjadi bahan baku baterai lithium-ion (Li-ion). 

Terobosan ini tidak hanya memberikan harapan baru bagi industri batubara yang menghadapi tantangan lingkungan. Namun, juga menawarkan peluang besar dalam industri energi terbarukan.
 
Pakar Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga, Prof. Dr. Sri Herianingrum, S.E., M.Si. menjelaskan bahwa, inovasi PTBA yang mengubah batu bara menjadi bahan baku baterai Li-ion adalah suatu keharusan bagi perusahaan, terutama dalam menghadapi dinamika pasar yang selalu berubah. Inovasi ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasar akan bahan baku bagi industri kendaraan listrik dan industri lainnya.
 
Tantangan Produksi
 
Prof Sri Herianingrum juga menyoroti tantangan teknis dan ekonomi yang dihadapi PTBA. Tantangan tersebut, di antaranya proses produksi, teknologi yang digunakan, serta sumber daya manusia yang mendukung inovasi tersebut. Ia mengatakan bahwa teknologi yang diterapkan harus efisien dan mampu mendukung proses produksi dengan baik.
 
“Kemudian juga teknologinya, teknologinya itu juga diharapkan teknologi yang efisien yang bisa digunakan oleh PTBA dan dengan komunitasnya atau dengan industri di lingkungan industri batubara,” tegasnya kepada Unair News. Senin, (29/7/2024) siang.
 
Dampak Lokal
 
Prof Sri Herianingrum menekankan bahwa, inovasi ini juga berdampak positif pada perekonomian lokal, khususnya di daerah-daerah penghasil batubara di Indonesia. Harapannya sumber daya manusia lokal dapat berperan aktif dalam proses produksi, mengurangi pengangguran, dan memberikan peluang kerja baru.
 
“Dengan adanya diversifikasi ini jangan hanya mendatangkan tenaga kerja, apalagi tenaga kerja asing, tetapi harus juga menyiapkan bahwa, tenaga kerja lokal itu bisa mendukung proses produksi yang dilakukan dengan semangat diversifikasi,” sambungnya.
 
Selain itu, inovasi ini dapat membantu Indonesia mengurangi ketergantungan pada impor bahan baku baterai dan memperkuat posisi negara dalam rantai pasokan global industri baterai. Dengan tersedianya bahan baku baterai di dalam negeri, penjualan kendaraan listrik akan meningkat dan posisi Indonesia di pasar global akan semakin kuat.
 
“Kalau bahan baku baterai itu sudah ada, tidak perlu impor, maka otomatis nanti akan bisa mendukung juga dan ini akan memperkuat posisi Indonesia di dalam rantai pasokan industri baterai,” urainya.
 
Optimisme

Dosen FEB Unair itu optimis bahwa, dengan konsistensi dalam mendiversifikasikan produksi, Indonesia dapat menjadi pemain kuat di pasar global. 

“Jika Indonesia serius mendukung inovasi, seperti yang dilakukan oleh PTBA, transformasi batu bara menjadi bahan baku baterai dapat membawa dampak positif bagi perekonomian nasional dan posisi negara di pasar global,” papar Prof Sri. (ari)