Telusur.co.id -

Uji Klinis Susu Kuda dapat Mencegah Corona: Kedepan Penting Lakukan Pemeberdayaan Kuda Sumbawa"Pembuka: Makan Soto Kuda Jeneponto, sebelum Takalar Cikoang ada yang aneh. Pemilik warung sederhana menuturkan kalau "Kuda Sumbawa" yang disembelihnya sejak dulu. Mengapa? empuknya daging tak ada duanya. Susunya juga bagus."

Penulis: Rusdianto Samawa, Petualang Pesisir Indonesia, Menulis dari Cikoang Takalar - Rumah Leluhur "Kembali Kepada Keluarga Panglima Cama (Panglima Perang Angkatan Bersenjata Kesultanan Gowa - Pengawal Sultanah Siti Aisyah Bonto Langkasa."


______


Sebenarnya, tulisan ini sudah berakhir di judul: Bang Zul Gubernur NTB dan Pemberdayaan Kuda." Tetapi, saya diprovokasi oleh Daeng Maming Same pemilik warung penjual Coto Kuda, disekitar Jalan Pesisir Jeneponto. Ceritanya panjang dengan suara khas Bugisnya. Saya sempatkan menulis ini bersumber beberapa referensi dari tulisan sebelumnya. Sambil menseriuskan bercerita jejak keluarga ditanah Sulawesi mulai dari Gowa, Bone, Cikoang, Takalar hingga Soppeng.

Menurut penelitian klinis BPOM RI Kementerian Kesehatan, dianggap dapat perbaharui sel-sel setelah beraktivitas. Mengkonsumsi SKL setiap hari sangat baik untuk kesehatan saluran pencernaan karena banyak mengandung prebiotik alami yang secara optimal menekan jumlah bakteri yang terdapat dalam saluran pencernaan dan menyembuhkan sakit, seperti Corona, Tifus, Kolera, TBC, Leukimia, Flu, dan virus bakteri lainnya

Sebagai perbandingan, menurut hasil penelitian Laboratorium Biologi Rusia (LBR) sejak tahun 1962 susu kuda dipakai untuk pengobatan koumis teraphy seperti tuberculosis (TBC), saluran pencernaan, avitaminosis, anemia (kurang darah), penyakit kardiovaskuler, lever dan ginjal. Sementara, masyarakat Sumbawa mengkonsumsi SKL untuk mencegah kelelahan akibat beraktivitas dan mayoritas digunakan petani.

Hasil pengujian di Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI di beberapa daerah menunjukkan bahwa SKL bersifat asam dengan kandungan pH 3-4, tidak mengandung bakteri patogen, bahan pengawet maupun bahan yang membahayakan dan nilai gizinya baik dengan kadar lemaknya berkisar 0,97%. Efek samping SKL ini karena kondisi perut atau pencernaan tidak terbiasa konsumsi. Pada umumnya, reaksi awal terjadi 2–3 jam setelah konsumsi. Hal ini berlaku bagi penderita penyakit jantung dan paru paru, dada akan terasa sesak dan panas. Namun efek demikian tidak lama karena proses dalam tubuh bahwa SKL bekerja menggantikan sel mati atau bakteri kotoran. Untuk mengurangi rasa asam maka SKL baiknya dikonsumsi dicampur madu.

Menurut peneliti utama Puslitbang Gizi Depkes RI Prof. Dr. Hermana, bahwa SKL lebih cocok dikonsumsi bayi karena komposisi kandungan gizinya sangat mendekati ASI dengan kadar casein, laktosa, lemak, protein, dan mineral, serta komposisi asam lemak yang terdiri dari asam lemak rantai pendek yang mudah diserap. Maka jika dilihat dari komposisi SKL tidak jauh beda dengan susu jenis lain.

Kemudian, FAO juga merilis hasil penelitiannya bahwa komposisi kadar gizi yang ada dalam SKL mendekati ASI jika dibandingkan dengan susu sapi segar yang tidak cocok untuk dikonsumsi oleh bayi. Proses fermentasi pada SKL adalah mengubah laktosa menjadi asam. Hal tersebut membantu melancarkan pencernaan, proses fermentasi juga berfungsi untuk menghindari penggumpalan protein.

Pulau Sumbawa memiliki potensi usaha SKL dan mempunyai peluang besar karena produksi SKL capai 40 porsen oleh masyarakat. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada tahun 1988 telah melakukan penelitian dengan hasil bahwa usaha SKL sangat ditekuni oleh petani peternak kuda untuk diperah karena dianggap dapat menambah kekuatan tenaga dalam bertani. Namun akhir-akhir ini produksi SKL menurun disebabkan peternak kesulitan beternak kuda yang disebabkan oleh lahan yang merosot.

Susu kuda liar diperoleh dari kuda-kuda yang dipelihara oleh masyarakat, tetapi dibiarkan hidup liar di alam seperti pegunungan atau savana. Potensi ekonomi susu kuda sangat besar di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB). Lagi pula warga masyarakat sangat jeli dalam memerah susu kuda, menangkap kuda yang dilepas liar di pegunungan sebelum diperas susunya. Populasi kuda yang hidup liar cukup tinggi, susu kuda memiliki khasiat untuk menjaga stamina dan kebugaran tubuh.

Potensi Usaha Daerah (PUD) SKL harus memiliki sumber daya yang cukup untuk lakukan produksi. Data Pontesi Usaha Daerah (PUD) pada sector dominan yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan perekonomian dan penyerapan tenaga kerja di Pulau Sumbawa. Masyarakat mengelola susu kuda dengan cara sederhana untuk warga sekitar dan berkelompok.

Seiring berkembangnya kebutuhan, hingga ada permintaan dari luar daerah membuat pengusaha susu kuda memanfaatkan peluang ini seoptimal mungkin untuk mengemas produk dengan baik dan bertahan lama. Kini susu kuda sudah banyak dikemas dengan rapi dan siap dikirim sesuai permintaan pasar. Namun, usaha ini lebih bertahan dengan digeluti secara individu. 

Ternak kuda sebagai salah satu komoditas ternak yang dapat dikembangkan di wilayah Indonesia khususnya Sumbawa karena memiliki peluang dan potensi yang cukup baik dengan model usaha semi intensif maupun intensif di masyarakat pedesaan.

Disamping itu, PUD SKL peternak kuda berperan penghasil susu sebagai pertahanan pangan, sandang dan papan bagi masyarakat sekaligus penghasilan tambahan. Peluang dan potensi usaha SKL dapat dikembangkan sesuai kondisi geografis, ekologi, dan kesuburan lahan.

Pada tahun 2014 Sumbawa telah memiliki andil yang cukup signifikan terhadap produksi SKL sekitar 10,7% dari hasil produksi. Namun demikian usaha ternak kuda masih menghadapi tantangan, lantaran pemerintah lamban merespon pertumbuhan ekonomi dan reproduksi spesies kuda rendah, ditambah terbatasnya pasokan bibit. 

Sejalan dengan itu perlu adanya upaya terobosan untuk peningkatan populasi dan produktivitas produksi secara rutin melalui program aksi pengembangan meliputi pembibitan, budidaya, pakan, termasuk kelembagaan dan akses permodalan bagi peternak kuda.

Subsektor peternakan memiliki peran strategis dalam upaya memantapkan ketahanan pangan dan mencerdaskan bangsa. Konsumsi hasil ternak masyarakat Indonesia seperti daging, telur dan susu sampai saat ini sangat rendah. Pada tahun 2010 konsumsi susu berkisar 30,60 kg/kapita/tahun. Sejalan dengan itu upaya pemerintah dalam meningkatkan produksi susu sebagai bahan pangan telah ditetapkan dalam program pencapaian swasembada pangan tahun 2014.

Menurut Ditjen PKH Kemenkes RI, (2011) bahwa: potensi ternak kuda cukup signifikan dalam menunjang program swasembada tahun 2014. Populasi ternak kuda di Pulau Sumbawa pada tahun 2010 sekitar 99 ribu ekor dengan produksi susu sebesar 15,9 ribu kg (0,52 %) dari produksi susu nasional.

Penurunan produksi SKL di Sumbawa disebabkan tidak optimalnya pembibitan kuda dan adanya kerusakan lahan hutan sebagai habitat kuda. Disamping itu, menurunnya populasi kuda juga terkait erat bahwa masyarakat yang memiliki kuda hanya untuk pemelihara (keeper) atau pengguna (user) dan bukan peternak kuda untuk produksi susunya. Namun demikian, ada sebagian wilayah di pulau Sumbawa populasi ternak kuda meningkat seperti di dompu dan bima dengan peningkatan dari tahun 2007 sampai dengan 2014 sebesar 3 porsen.

Pemberdayaan Kuda dan usaha pemerahan susunya akan dapat mengatasi penyakit asma, malaria dan antibakteri. Sejak tahun 1998 uji laboratorium sudah sering dilakukan. Hasilnya, ternyata susu kuda memiliki kualitas terbaik dalam pencegahan banyak penyakit. Pada kurun waktu tahun 2018: susu kuda liar menjadi primadona masyarakat,.banyak disebarkan di luar daerah seperti Kalimantan, Sulawesi, Sumatera, Jawa, Bali bahkan Luar Negeri.

Menurut Syatriadin Yosan (2018), bahwa: masa produktif kuda menghasilkan susu selama enam bulan dalam setahun terhitung sejak saat kuda melahirkan. Setiap kuda bisa menghasilkan susu sebanyak tiga liter setiap hari. Maka dalam enam bulan bisa menghasilkan 540 liter. Ditingkat peternak susu dijual Rp75 - 150ribu per liter. Selama enam bulan peternak susu kuda liar bisa menghasilkan Rp 40,5 juta atau Rp6,75 juta per bulan.

Kuda betina penghasil susu ternyata memiliki harga cukup mahal, mulai dari harga delapan juta rupiah hingga sepuluh juta per ekor. Usai menghasilkan susu, kuda yang berakhir masa produksi tersebut kembali dilepas liar dipadang savana agar cepat melakukan perkawinan.

Ada alasan tertentu perihal penyebutan susu kuda liar. Setelah masa produksi susu usai, kuda dilepasliarkan. Di padang rumput atau di perbukitan yang tak jauh dari tempat tinggal pemiliknya, kuda itu akan bertemu dengan kuda-kuda lain. Tentu saja, pemilik akan tetap memantau kudanya sehingga tahu jika kuda itu bakal melahirkan. Saat itu, kuda dipindahkan ke kandang. Kemudian, kuda melahirkan anaknya dan memproduksi susu.

Teknologi sterilisasi yang dibutuhkan oleh para masyarakat perdesaan, terutama mereka yang membudidayakan ternak produsen susu, seperti kambing, kerbau, kuda, dan sapi. Persoalan yang sering dihadapi peternak dalam mengolah produk susu berupa kerusakan produk akibat tidak memperhatikan faktor suhu dalam proses pengolahan. Sebagian besar peternak melakukan sterilisasi produk susu dengan melakukan proses pemanasan. Namun, mereka tidak memiliki peralatan yang mampu mengukur suhu sehingga cara dapat membahayakan kualitas produk.

Secara kimia, susu yang dipanaskan hingga derajad suhu tertentu dapat menghasilkan reaksi kimia yang mengakibatkan kualitas produk tidak sesuai dengan standar mutu. Kerusakan produk susu biasanya akibat proses karamelisasi yang terjadi pada suhu yang terlalu panas. Hal serupa terjadi pada proses pembuatan minyak kelapa, kegagalan pengaturan suhu dapat mengakibatkan reaksi ketengikan atau reaksi mailard yg menyebabkan cepat tengik.

Teknologi di atas membantu peternak untuk tidak risau dengan pengukuran suhu, karena alat sterilisasi susu tersebut bekerja tanpa pemanasan. Bahkan, alat ini dapat menambah keawetan dari susu. Khusus untuk susu kambing, alat sterilisasi susu ini dapat menghilangkan bau prengus tanpa mengurangi gizi dari susu kambing.

Alat sterilisasi susu ini dirancang oleh Hadi Apriliawan pemenang ajang Technopreneur Pemuda 2011 yang diselenggarakan oleh Kemenristek. Teknologi pasterilisasi dengan sistem non thermal yang dikembangkan Hadi menggunakan metode kejut listrik. Teknologi temuan Hadi Apriliawan itu tergolong cukup hemat energi karena hanya menggunakan daya sebesar 90 watt

Ternak kuda berpotensi menghasilkan bagi masyarakat Sumbawa untuk peternakan masyarakat di pedesaan dengan kesiapan sarana prasarana yang memadai. Walaupun masih terbatasnya permintaan produksi SKL karena pasokan di dominasi susu sapi, kambing dan kerbau dipasaran. Padahal ternak kuda memiliki keunggulan yang patut dipertimbangkan dalam pengembangan budidayanya. Tentu hal ini butuh bantuan tenaga untuk mengolah SKL dan membuka lapangan kerja.

Sumbangan SKL untuk pertahanan pangan bagi kepentingan masyarakat jauh lebih besar untuk penambahan pendapatan secara manual. Pada umumnya ternak kuda dipelihara sebagai investasi bagi masyarakat. Melihat peluang serta permasalahan usaha pengembangan ternak kuda maka sebaiknya pemerintah kabupaten Sumbawa dengan pemerintah pusat harus bekerjasama untuk mendukung ekonomi peternak kuda sebagai basis kekuatan pembangunan Kabupaten Sumbawa.

Peran memajukan pertumbuhan ekonomi daerah melalui perternakan kuda dan produksi SKL sebagai penunjang pangan masyarakat dapat dilakukan dengan baik melalui tahapan kebijakan program musrenbang pemerintahan daerah Kabupaten Sumbawa sehingga berperan dalam menjadikan program ternak kuda perahan berdaya saing sesuai visi pembangunan itu sendiri. 

Tentu kuda dari hasil budidaya dapat menjadi penunjang perekonomian yang harus di dorong dengan menyalurkan kredit usaha peternakan kuda perahan. Pemerintah daerah Sumbawa juga bisa membuka peluang bagi investor agar dapat menstimulus modal dalam program “Ternak Kuda Perahan” (TKP) sehingga perekonomian daerah Sumbawa dapat bertumbuh cepat sesuai harapan.

Pendukung utama adalah kebijakan stimulus program pengembangan SKL untuk dijadikan sektor riil yang bertujuan mengatasi kelemahan ekonomi kabupaten Sumbawa. Jika kebijakan stimulus tersebut berupa pemberian insentif usaha SKL dan TKP maka dapat mengatasi masalah krisis pangan dan kemiskinan di Sumbawa.[]