telusur.co.id - Menyambut satu abad usia Nahdlatul Ulama (NU), Dewan Pengurus Pusat (DPP) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menggelar halaqah atau diskusi bertajuk "Gagasan Kontributif Membangun Kemandirian Ekonomi Nahdliyin", Kamis (2/12/21). 

Forum diskusi tahap pertama yang digelar di Kantor DPP PKB ini fokus pada persoalan ekonomi dengan menghadirkan mantan wakil presiden yang juga Mustasyar PBNU, Jusuf Kalla (JK) sebagai pembicara. Selain JK, hadir pula sejumlah ekonom antara lain mantan Menteri Ekonomi era Presiden Abdurrahman Wahid Dr Rizal Ramli, Direktur INFID Sugeng Bahagijo, dan Penulis Buku Nahdlatut Tujjar, Komisaris PT Pos Indonesia Adin Jauharuddin.

Ketua Umum DPP PKB Abdul Muhaimin Iskandar (Gus Muhaimin) mengatakan, halaqah ini digelar sebagai upaya untuk melakukan evaluasi 100 tahun usia NU, juga momentum untuk melihat catatan sejarah dan ukiran prestasi NU selama 100 tahun. Selain itu, juga untuk merumuskan kemandirian ekonomi NU dalam menghadapi 100 tahun yang kedua. 

”Diskusi panjang kita gelar untuk mempersiapkan 100 tahun kedua NU karena PKB tidak bisa lepas dari kontribusi dan pemikiran serta ikhtiar kita untuk bersama-sama membawa Nahdlatul Ulama semakin bermanfaat dan punya peran bagi negara bangsa,” ujar Gus Muhaimin dalam sambutannya. 

Dikatakan Gus Muhaimin, sebagai partai yang dilahirkan oleh para ulama NU, PKB harus juga memikirkan masa depan NU. Hal apa saja yang bisa dilakukan untuk kemajuan dan kemaslahatan NU kedepan. ”Kita lahir dan dibesarkan oleh NU. Kita harus berpikir 100 tahun yang kedua ini momentum strategis dan penting untuk memberikan masukan kepada muktamirin dan muhtamirot yang akan menyelenggarakan perhelatan penting Muktamar di Lampung,” tuturnya. 

Selain untuk memilih Rais Aam dan Ketua Umum PBNU, agenda Muktamar nantinya juga penting untuk merumuskan langkah-langkah NU kedepan. ”Kita sudah menyiapkan berbagai rekomendasi, tapi akan sangat lengkap jika rekomandasi-rekomendasi kita dilengkapi oleh pikiran-pikiran dari para ahli, termasuk dari Pak JK,” katanya.

Gus Muhaimin pun menyampaikan terima kasih atas kehadiran JK dan para ekonom dalam diskusi tersebut. Sebagai wakil presiden dua kali yang juga sebagai pengusaha besar, kata Gus Muhaimin, sumbangsih pemikiran-pemikiran JK sangat diperlukan untuk mewujudkan kemandirian dan kemajuan perekonomian warga NU.

Sementara itu, JK mengatakan bahwa umat Islam harus lebih banyak yang maju. Saat ini, umat Islam yang mayoritas adalah warga Nahdliyin sangat tertinggal, utamanya di bidang ekonomi. ”Sering saya katakan, kalau ada 10 orang kaya, itu hanya satu yang muslim, yang sekarang ini hanya Chairul Tanjung dari 10 orang kaya yang masuk daftar,” katanya. 

Artinya, kata JK, jika ada 100 orang miskin di Indonesia, 90 di antaranya adalah umat Islam. ”Jadi bagaimana pincangnya ekonomi kita sehingga kepincangan ekonomi harus diakali dengan semangat entrepreneurship. Intinya pedagang itu bukan dari pendidikan. Sekiranya pendidikan itu menjadi unsur utama orang maju dalam perdagangan, masuk saja perguruan tinggi. Karena orang kaya zaman dulu pendidikannya sangat sederhana. Bapak saya umur 3 SD tamat, tapi jadi pedagang besar. Begitu juga lain-lain, orang Tionghoa juga begitu,” katanya.

JK mengatakan, ketertinggalan ekonomi umat Islam ini menjadi tugas bersama untuk memberikan perhatian dalam kemajuan umat Islam, khususnya warga Nahdliyin. JK optimistis warga Nahdliyin juga bisa maju apabila kebijakan-kebijakan pemerintah mendukung. 

”Pemerintah itu di antaranya PKB, bagaimana di DPR Fraksi PKB memberikan satu kebijakan dalam meningkatkan UKM lebih hebat lagi. Bagaimana memberikan potensi kepada pengusaha-pengusaha nasional pribumi untuk maju lagi. Bagaimana menteri-menteri PKB yang ada di kabinet mendukung,” tuturnya. [Tp]