Yaqut: Kemenag Itu Hadiah Negara Spesifik Buat NU, Bukan untuk Umat Islam  - Telusur

Yaqut: Kemenag Itu Hadiah Negara Spesifik Buat NU, Bukan untuk Umat Islam 


telusur.co.id  —  Menteri Agama, Yahya Cholil Qoumas mengatakan, Kementerian Agama merupakan "hadiah" negara diperuntukkan kepada Nahdlatul Ulama (NU), bukan untuk umat islam di Indonesia secara keseluruhan.

Hal itu disampaikan Yaqut dalam WEBINAR INTERNASIONAL PERINGATAN HARI SANTRI 2021 RMI-PBNU, yang disiarkan di YouTube TV9 Official, ditulis telusur.co.di, Minggu (24/10/21). 

"Kementerian Agama itu hadiah negara untuk NU, bukan untuk umat Islam secara umum, tapi spesifik untuk NU. Jadi wajar sekarang NU itu memanfaatkan banyak peluang yang ada di Kementerian Agama, karena hadiahnya untuk NU kenapa begitu?" kata Yaqut.

Awalnya, Yaqut menjelaskan sola perdebatan kecil di internal Kemenag. Ia mengaku ingin mengubah tagline Kemenag yaitu ikhlas beramal. "Saya bilang, nggak ada ikhlas ditulis itu, namanya ikhlas dalam hati, ikhlas kok ditulis, itu namanya nggka ihklas," ujarnya.

Menurut dia, bantuan ikhlas itu berarti ada seseorang minta potongan. Sehingga kelihatannya ingin membantu, melainkan minta potongan. Hal itu artinya tidak ikhlas beramal, sehingga tagline itu dianggap tidak bagus.

Kemudian, perdebatan berkembang menjadi sejarah lahirnya Kemenag. Dia menyebut, salah satu staf di Kemenag menyinggung sejarah jika berdirinya Kemenag merupakan hadiah pemerintah kepada umat Islam.

"Karena waktu itu perdebatan bergeser kementerian ini, harus menjadi kementerian semua agama, melindungi semua umat beragama. Ada yang tak setuju, kementerian ini harus Kementerian Agama Islam" ucapnya.

Namun, ternyata ada orang yang tidak setuju karena kementerian agama itu adalah hadiah negara untuk umat Islam

“Saya bantah, 'bukan!' Kementerian Agama itu hadiah negara untuk NU secara khusus, bukan untuk umat Islam secara umum, tapi spesifik untuk NU. Jadi wajar kalau sekarang NU itu memanfaatkan banyak peluang yang ada di Kementerian Agama,” kata Yaqut.

Yaqut pun menyinggung sejarah pencoretan tujuh kata di Piagam Jakarta. Yang mengusulkan pencoretan itu, kata Yaqut, adalah juru damai KH Wahab Hasbullah, yang merupakan salah satu pendiri NU. Dari usulan KH Wahab, kata dia, baru lahir Kemenag.

"Jadi wajar sekarang minta dirjen pesantren, kemudian kita (NU) banyak afirmasi pesantren, dan santri juga, jamiyah Nadhlatul Ulama. Wajar-wajar saja, tak ada yang salah," ungkapnya. 

Politikus PKS itu menambahkan, jika sekarang Kemenag menjadi kementerian semua agama maka tak menghilangkan unsur NU, tapi justru menekankan unsur NU.

"Jadi, kalau sekarang Kemenag menjadi kementerian semua agama, itu bukan kehilangan ke-Nu-annya, tapi justru menekankan ke-NU-annya. NU terkenal paling toleran, paling moderat," kata dia.

Dia berpendapat, bahwa landasan cara berpikir di Kemenag sudah hampir seragam terkait NU.

"Kesempatan ini sekali lagi, mari, kita manfaatkan untuk kebaikan jamiyah, jamaah, dengan itu kita memanfaatkan masa depan santri dan anak-anak kita untuk memenangkan pertarungan di masa depan," tukasnya.[Fhr]


Tinggalkan Komentar