Aksi di Balai Kota DKI, Garuda: Mengkritik Bukan Berarti Menjatuhkan - Telusur

Aksi di Balai Kota DKI, Garuda: Mengkritik Bukan Berarti Menjatuhkan

Ketua Umum Gerakan Relawan Demokrasi (Garuda), Joshua Napitupulu. (Fb)

telusur.co.id - Sejumlah massa menggelar aksi di Balai Kota DKI Jakarta hari ini, Selasa (14/1/20). Massa yang turun ke jalan hari ini terbagi dua, antara pembela Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, dan yang ingin mengkritik Anies.

Ketua Umum Gerakan Relawan Demokrasi (Garuda) Joshua Napitupulu mengatakan, pihaknya melakukan aksi dengan cara pandang yang berbeda.

Menurut Joshua, dengan adanya dua kelompok massa antara yang mengkritik Anies dan yang membela Anies, membuat kondisi sedikit tegang.

"Kita coba menengahi, yang selama ini merasa bagian dalam kerugian masyarakat Jakarta menyebut gerakan hari ini sebagai gerakan Jakarta Memanggil, kenapa? Karena hari ini dukung mendukung sudah selesai," kata Joshua di Jakarta, Selasa (14/1/20).

Joshua menyayangkan bahwa hari ini masih ada yang terjebak dengan pandangan seperti dalam proses pilkada. Karenanya, kata dia, pihaknya perlu bersikap.

"Jelas dan tegas, apapun yang terjadi hari ini, warga yang merasa rugi adalah warga Jakarta, baik yang memilih atau tidak memilih Gubernur hari ini menjadi korban (banjir)," ujarnya.

"Kami menyepakati bahwasanya kami harus turun bersama, tegas mengatakan stop kebencian berdasarkan cerita masa pilkada dan pilpres," tambahnya.

Dikatakannya, kata-kata seperti cebong, kampret dan kadrun menjadi warna dinamika hari ini yang mengisi sosial media untuk saling menghujat. 

Karenanya, Direktur Operasional Haidar Alwi Institute itu mengajak semua pihak menyatukan hati. 

"Ayo stop kebencian, ayo kita bangun persaudaraan kita sebangsa setanah air. Tidak ada lagi kata cebong dan kampret juga kadrun, tapi kata anak bangsa yang ingin bangsa ini jauh lebih maju, terutama kota Jakarta," tegasnya

"Kami bersama dengan Haidar Alwi Institute mengajak kawan-kawan yang berseberangan dengan Anies maupun militan pembela Anies bersama-sama sudahi kebencian ini," tuturnya.

Menurutnya, mengkritik bukan berarti menyerang atau menjatuhkan. Mengkritik, kata dia, itu sama dengan menjaga dan tetap mengakui Anies Baswedan sebagai Gubernur terpilih Jakarta.

"Sebagai warga Jakarta, kami punya hak mengkritisi, mengevaluasi segala kebijakan-kebijakan hari ini. Tapi, kami juga sebagai warga Jakarta, tetap menjaga konstitusional, menjaga Anies sebagai Gubernur hingga 2022," sebutnya.

"Haidar Alwi Institute, Garuda dan Gerima mengajak kepada saudara-saudara sebangsa dan setanah air, lebih khusus warga Jakarta bersama-sama membangun kota Jakarta menjadi lebih baik," katanya.

Dia mengajak, untuk menjadilam banjir beberapa waktu lalu sebagai satu pembelajaran bersama bahwa kerja pemerintah bisa dievaluasi kerja pemerintah. 

"Yang juga bukan berarti tidak ada cacat hukumnya, kebijakan yang ada harus tetap terpantau agar tetap berjalan utuh dan baik," ujar dia.

Senada dengan Joshua, Ketua Gerakan Indonesia Maju Jaya (Gerima), Raja Malau mengimbau agar semua pihak menghentikan saling bully dengan kata cebong dan kampret. Karena saat ini adalah saatnya menyatukan hati untuk membangun.

"Stop paradigma kebencian di sosmed dan di dunia nyata. Kita bersatu mencari solusi terbaik. Saya rasa solusi terbaik adalah normalisasi, lanjutkan normalisasi oleh pak Anies dan pusat," ujarnya.

Dia juga meminta, supaya kritik yang ada untuk membangun didengar oleh pihak Pemprov DKI dan Pemerintah Pusat.

"Artinya tidak ada perdebatan dan pemisahan, pemerintah pusat harus singkron dengan daerah, artinya program yang dijalankan pemprov daerah seimbang dengan pusat," pungkasnya. [Tp]


Tinggalkan Komentar