telusur.co.id - Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi mencemooh tuntutan perdana menteri Israel agar Iran tidak memproduksi rudal dengan jangkauan lebih dari 480 kilometer, dan mengatakan Benjamin Netanyahu gagal total mencapai tujuannya dalam perang agresi melawan Iran.
"Netanyahu menjanjikan kemenangan di Gaza hampir dua tahun lalu. Hasil akhirnya: kesulitan militer, menghadapi surat perintah penangkapan atas kejahatan perang, dan 200.000 anggota baru Hamas," tulis Araqchi dalam sebuah unggahan di akun X miliknya pada hari Senin.
"Di Iran, ia bermimpi bisa menghapus 40+ tahun pencapaian nuklir damai. Hasil akhirnya: setiap belasan akademisi Iran yang dibunuh oleh tentara bayarannya telah melatih 100+ murid yang cakap. Mereka akan menunjukkan kepada Netanyahu apa yang mampu mereka lakukan," tambah menteri luar negeri Iran.
"Namun, arogansinya tidak berhenti di situ. Setelah gagal total mencapai tujuan perangnya di Iran dan terpaksa lari ke 'Ayah' ketika rudal-rudal kuat kita menghancurkan situs-situs rahasia rezim Israel—yang masih disensor Netanyahu—ia secara terbuka mendikte apa yang boleh atau tidak boleh dikatakan atau dilakukan AS dalam perundingan dengan Iran," ujar Araqchi.
"Terlepas dari lelucon bahwa Iran akan menerima apa pun yang dikatakan penjahat perang yang dicari, pertanyaan yang tak terelakkan muncul: apa sebenarnya yang dihisap Netanyahu? Dan jika tidak ada, apa sebenarnya yang dimiliki Mossad di Gedung Putih?" katanya.
Sementara rezim Zionis melancarkan perang agresi terhadap Iran pada tanggal 13 Juni dan menyerang wilayah militer, nuklir, dan pemukiman Iran selama 12 hari, AS turun tangan dan melakukan serangan militer terhadap tiga lokasi nuklir di Natanz, Fordow, dan Isfahan Iran pada tanggal 22 Juni.
Pasukan militer Iran melancarkan serangan balasan yang dahsyat segera setelah agresi tersebut. Pasukan Dirgantara Korps Garda Revolusi Islam melancarkan 22 gelombang serangan rudal balasan terhadap rezim Zionis sebagai bagian dari Operasi Janji Sejati III yang menimbulkan kerugian besar di berbagai kota di wilayah pendudukan.
Selain itu, sebagai tanggapan atas serangan AS, angkatan bersenjata Iran meluncurkan gelombang rudal ke pangkalan udara al-Udeid di Qatar, pangkalan militer Amerika terbesar di Asia Barat.
Gencatan senjata yang mulai berlaku pada tanggal 24 Juni menghentikan pertempuran.[]
Sumber: TNA