Di Pelantikannya Sebagai Presiden Filipina, Marcos Jr Bela Ayahnya yang Diktator - Telusur

Di Pelantikannya Sebagai Presiden Filipina, Marcos Jr Bela Ayahnya yang Diktator

Ferdinand Marcos Jr. Foto: AP Photo

telusur.co.id - Putra mendiang diktator Filipina Ferdinand Marcos, Ferdinand Marcos Jr, resmi dilantik sebagai Presiden Filipina.

Pelantikan itu menjadi puncak dari kembalinya salah satu dinasti politik paling terkenal di Asia yang 36 tahun lalu terjungkal dari kekuasaan.

Pada pemilihan bulan lalu, Marcos Jr meraih kemenangan sangat telak, yang jarang terjadi di Filipina.

Para kritikus menyebut kemenangannya adalah buah dari upaya berpuluh-puluh tahun untuk mengubah persepsi publik tentang keluarga Marcos yang hidup mewah di atas salah satu kleptokrasi paling terkenal di dunia.

Dalam pidatonya yang menyuarakan slogan persatuan, Marcos Jr yang biasa dipanggil "Bongbong", bersumpah untuk membawa Filipina lebih maju dengan berbagai kebijakan yang menguntungkan setiap orang.

Dia berterima kasih kepada masyarakat karena memberikan apa yang disebutnya sebagai "mandat pemilihan terbesar dalam sejarah demokrasi Filipina".

"Anda tidak akan dikecewakan, jadi jangan takut," kata dia dalam upacara pelantikannya, yang dihadiri keluarga dekatnya, termasuk saudarinya Imee yang seorang senator dan ibunya Imelda, 92 tahun, mantan anggota kongres empat periode, dikutip dari Reuters, Jumat (1/7/22).

Marcos Jr, 64 tahun, juga memuji pemerintahan mendiang ayahnya, tetapi dia mengatakan bahwa jabatan presiden yang kini dipegangnya bukan tentang masa lalu, tetapi masa depan yang lebih baik.

"Suatu ketika saya mengenal seorang pria yang melihat betapa kecilnya kemajuan yang diraih sejak kemerdekaan… tetapi dia melakukan tugasnya, kadang dengan bantuan yang diperlukan, kadang juga tidak. Begitu pula putranya. Anda tidak akan mendapat dalih apa pun dari saya. Jangan melihat masa lalu dengan kemarahan atau nostalgia," kata Bonbong.

Sebagai informasi, ayahnya memerintah Filipina sejak 1965 selama dua dekade, hampir separuhnya berada di bawah darurat militer. Kondisi itu membantunya memperluas cengkeraman pada kekuasaan hingga dia digulingkan dan keluarganya mengasingkan diri selama revolusi "people power" pada 1986.

Selama Marcos berkuasa, ribuan penentangnya dipenjara, tewas atau hilang. Nama keluarganya identik dengan kronisme, pemborosan dan hilangnya miliaran dolar uang negara.

Dalam pidatonya yang berlangsung 30 menit, Bongbong berjanji akan melakukan reformasi pendidikan, meningkatkan kecukupan pangan, infrastruktur, pengelolaan limbah dan pasokan energi, serta memberikan dukungan penuh kepada jutaan pekerja Filipina di luar negeri.

"Saya sepenuhnya mengerti beban tanggung jawab yang Anda letakkan di pundak saya. Saya tak akan meremehkannya tetapi saya siap untuk mengembannya. Saya akan menyelesaikannya," tutup Bongbong.[Fhr]


Tinggalkan Komentar