Intip Keseruan Ganjar Pranowo Sutradarai Gemu Fa Mire di Student Festival - Telusur

Intip Keseruan Ganjar Pranowo Sutradarai Gemu Fa Mire di Student Festival

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo (foto: istimewa)

telusur.co.id - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mendadak menjadi sutradara pertunjukan tari Maumere atau Gemu Fa Mire dalam pembukaan Borobudur Student Festival 2022, di Canisio Art Center, SD Kanisius, Wonorejo, Kabupaten Magelang. Ia mengumpulkan para pelajar dari berbagai daerah di atas panggung untuk menari bersama.

Awalnya Ganjar menyapa para perwakilan pelajar dari seluruh Indonesia yang ikut memeriahkan Borobudur Student Festival. Di antaranya pelajar asal Bali, Ternate, Ambon, Papua, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Timur, Jawa, hingga Aceh.

“Wow, ada dari Sikka (Nusa Tenggara Timur). Bisa menyanyi Maumere? Oke, sini nyanyi bareng. Ada yang mau ikut menyanyi Maumere?” ajak Ganjar, kepada para pelajar sembari menunggu pemusik menyiapkan diri.

Setelah itu, Ganjar dengan spontan mengajak satu per satu perwakilan dari Aceh, Bali, Jawa Tengah, Papua, Ambon, dan Ternate, untuk naik ke punggung.

“Oke, sudah siap. Silakan mulai. Terus tariannya gimana? Nah, ayo semuanya ikut menari,” kata Ganjar, yang ikut menggerakkan tubuhnya mengikuti perwakilan Sikka, diikuti oleh pelajar lainnya.

Suasana semakin meriah ketika semua yang hadir ikut mendendangkan lagu Maumere atau Gemu Fa Mire. Setelah itu, Ganjar kemudian meminta masing-masing perwakilan yang naik ke panggung untuk mempertunjukkan salah satu kesenian daerah. Pada saat itulah lagu Bungong Jeumpa, Tari Ratoh Jaroe, Tari Cakalele, hingga Tari Kecak, ikut mewarnai acara.

“Terima kasih untuk semua yang datang ke Student Festival ini. Baru datang saja tadi saya sudah lihat bagaimana bajunya saja beragam. Nenek moyang kita itu peradabannya tinggi,” beber Ganjar.

Usai membuka acara, Ganjar kemudian berkeliling melihat hasil karya dari para pelajar. Ia mengaku terkejut karena acara tersebut dapat dihadiri dari perwakilan seluruh Indonesia. Di antara karya yang menarik perhatian Ganjar adalah masker arang untuk perawatan muka, kriya berupa keramik, dan pengolahan sampah.

“Ternyata anak-anak bisa berkumpul dari seluruh Indonesia. Saya cukup surprise ya, anak Papua hadir, NTT hadir, Ambon, Aceh, Bali, menurut saya luar biasa. Mereka sudah membawa seni budaya masing-masing, termasuk karya yang inovatif, sesuai dengan kapasitasnya sebagai pelajar,” ujarnya, seusai acara.

Ganjar mengatakan hasil karya yang bermacam jenisnya itu merupakan bentuk bagaimana pelajar memiliki kemerdekaan dalam belajar. Student Festival juga menjadi sebuah improvisasi yang bagus dan harus dikembangkan lagi.

Ia berharap student festival itu bisa digelar secara bergilir di berbagai tempat di Indonesia. Tujuannya adalah membuka ruang belajar tentang keberagaman dan berbagi kebudayaan di antara para pelajar.

“Saya membayangkan kalau Student Festival ini bisa bergilir ke banyak tempat di Indonesia dan mereka akan piknik. Pikniknya jauh dan literasinya akan banyak sekali. Bisa kenal antarsuku berbeda, agama berbeda, dan kemudian seni budaya serta kuliner yang berbeda. Itu pasti akan mengasyikkan. Anak-anak kita akan merasa Indonesia sangat kaya,” jelasnya.

Selain itu, Ganjar juga sempat memborong kaus yang didesain oleh pelajar yang dijual sekaligus fundraising. Menurutnya, membeli produk yang dihasilkan anak-anak merupakan bagian dari motivasi bagi mereka untuk terus belajar dan berkarya.[]


Tinggalkan Komentar