Kemendikbud Dan Dekranas Gelar Pendidikan Kecakapan Wirausaha - Telusur

Kemendikbud Dan Dekranas Gelar Pendidikan Kecakapan Wirausaha

Ketua Dharma Wanita Kemendikbud, Franka Makarim (Foto: Ist).

telusur.co.id - Pengembangan sektor kriya yang berbasis tradisi dan kearifan lokal, bernilai tinggi, serta berdaya saing, semakin penting untuk terus didukung kemajuannya. Terlebih di situasi pandemi yang penuh tantangan dan di tengah perubahan zaman yang begitu cepat ini. Untuk itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bersama Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) menyelenggarakan program Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW) Destinasi Pariwisata Super Prioritas Labuan Bajo Tahun 2020.

PKW adalah salah satu program prioritas yang menjadi kewenangan Direktorat Kursus dan Pelatihan, Ditjen Pendidikan Vokasi, Kemendikbud, dengan target sasaran tahun ini berjumlah 16,6 ribu orang. Melalui program tersebut, Kemendikbud melakukan sinergi atau melakukan ‘Perkawinan’ antara lembaga penyelenggara PKW dengan dunia usaha (DU) dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), agar dapat membantu terwujudnya lulusan PKW yang dapat merintis usaha mandiri. Adapun wujud sinergi yang dilakukan bersama DU dan UMKM meliputi penyusunan kurikulum, pelibatan narasumber ahli, penyelenggaraan program, pendampingan rintisan usaha, mitra usaha, serta sharing resources.

Ketua Dharma Wanita Kemendikbud, Franka Makarim mengatakan, pengembangan sektor kriya nasional tentunya menjadi komitmen bersama karena sektor ini menjadi wahana pemerataan pendapatan, penciptaan lapangan kerja, serta pelestarian kebudayaan.

“Bersama ini kita ingin menciptakan generasi muda yang berdaya, cakap berwirausaha, dan sangat mencintai warisan budayanya. Terutama, dalam kaitannya dengan mendukung pengembangan Destinasi Wisata Super Prioritas yang dicanangkan oleh Bapak Presiden,” kata Franka Makarim saat membuka acara melalui video virtual di Jakarta, pada Sabtu (31/10/2020).

PKW adalah program kursus dan pelatihan untuk menyiapkan SDM terampil, berkarakter, berdaya saing dan siap merintis usaha baru. Kriteria penerima program ini adalah (1). masyarakat usia 15 tahun (diprioritaskan berusia 15-30 tahun); (2). putus sekolah atau lulus tapi tidak melanjutkan; (3). belum memiliki pekerjaan tetap atau menganggur; (4). diprioritaskan dari keluarga yang tidak mampu.

Jumlah perserta PKW pada destinasi wisata Labuan Bajo sebanyak 200 orang yang akan dilaksanakan pada 31 Oktober hingga akhir November 2020. PWK kali ini melibatkan tujuh lembaga pelaksana program diantaranya SMKN 4 Kupang, SMKN 6 Kupang, SMKN 1 Kupang, SMKN 1 Kuwus, SMKN 1 Lembor Selatan, dan SMK St. Theresia Ngalili Lembor Selatan.

Untuk mendukung cita-cita bersama bangsa Indonesia, lanjut Franka, Dekranas bersama Kemendikbud menyelenggarakan program PKW dengan menyasar anak-anak usia sekolah yang tidak sekolah, tidak bekerja, serta memprioritaskan anak-anak yang berasal dari keluarga tidak mampu namun berminat untuk usaha mandiri. “Minat dan kesungguhan untuk mengembangkan diri ini kami fasilitasi, karena kami percaya semua orang bisa berdaya. Semua orang bisa keluar dari keterbatasannya,” ujar Franka.

Lembaga penyelenggara PKW diantaranya adalah institusi satuan pendidikan nonformal seperti lembaga kursus dan pelatihan, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan sanggar kegiatan belajar, sekolah menengah kejuruan, politeknik, akademi komunitas, perguruan tinggi vokasi, Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan, dunia usaha dunia industri, lembaga diklat milik pemerintah, serta organisasi masyarakat yang sah.

Adik-adik, para perajin, dan penggerak komunitas perajin, menurut Franka, adalah tulang punggung ekonomi nasional dan pemajuan kebudayaan. “Tidak terkecuali Ibu dan Bapak pembuat kebijakan. Tanpa kebijakan yang berpihak pada rakyat, cita-cita Indonesia Maju akan sulit kita capai,” ungkapnya.

Berikut alur program PKW. (1). lembaga penyelenggara mendaftar secara dalam jaringan (daring) di https://banper.binsuslat.kemdikbud.go.id/; (2). pemilihan program dan pengisian instrument proposal; (3). penilaian proposal dan verifikasi data; (4). penetapan lembaga penerima bantuan; (5). penandatanganan akad kerja sama (MoU); (6). pencairan dana program PKW; (7). rekrutmen peserta didik; (8). proses pembelajaran; (9). merintis usaha; (10). bermitra dengan DU/UMKM; (11). wirausaha dibina oleh DU/UMKM.

Franka melanjutkan, destinasi wisata bukan semata-mata keindahan alam dan kenyamanan infrastruktur, tetapi juga balutan kekayaan tradisi melalui kriya dan manusianya. Kualitas holistik yang diciptakan itulah yang akan menarik masyarakat mengunjungi Labuan Bajo atau Destinasi Super Prioritas lainnya. Bukan hanya sekali, namun berkunjung hingga berkali-kali. 

Pada kesempatan ini, Franka berpesan kepada para perajin agar dapat memanfaatkan pengalaman pendidikan yang telah diberikan dengan sebaik-baiknya sebagai modal untuk mengembangkan diri dan berkontribusi bagi negeri. “Saya yakin, akan banyak manfaat yang kita dapat, kalau kita berhasil menciptakan kualitas destinasi yang holistik,” harapnya.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Dekranas Bidang Usaha Baru, Endang Budi Karya, mengatakan Dekranas mendorong semua elemen pelaku usaha kerajinan untuk lebih peduli dan kreatif di era industri 4.0. “Dengan pengetahuan berbasis secara digital dan online, misalnya pembuatan website pendayagunaan medsos dan source enggine,” kata Endang.

Selain itu, kata Endang, Dekranas memandang perlu adanya peningkatan kualitas desain kemasan produk agar sesuai dengan selera pasar. “Dengan demikin produk kerajinan kita dapat bersaing ke pasar global sehinga kita bangga dengan buatan bangsa Indonesia,” ujarnya.[Fhr]


Tinggalkan Komentar