Kepala MKNU, Endin Soefihara: Mahasiswa PTKI Harus Bersiap Kelola Negara di Masa Mendatang - Telusur

Kepala MKNU, Endin Soefihara: Mahasiswa PTKI Harus Bersiap Kelola Negara di Masa Mendatang


telusur.co.idPeserta Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Mahasiswa Nasional (Diklatpimnas) II Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) Kementerian Agama RI diharapkan mampu memperiapkan diri untuk memimpin negara di masa mendatang.


"Mahasiswa harus mempersiapkan diri untuk mengelola negara kita di masa yang akan datang," kata Endin AJ. Soefihara saat menjadi pemateri Diklatpimnas II PTKI yang digelar secara daring dan Luring di UIN SMH Banten, Serang.

Oleh sebab itu, lanjut politisi senior PPP yang kini menjabat Kepala Madrasah Kader Nahdlatul Ulama (MKNU) sekaligus Ketua Yayasan Talibuana Nusantara itu mengatakan mahasiswa harus mempersiapakan diri dengan dengan meningkatkan pemahaman literasi dan keilmuan serta mempunyai keunggulan tersendiri secara akademis. Semua ilmu pengetahuan tidak ada yang bersifat absolut, masing-masing bisa dikritik dan dikupas tuntas dengan mengkaji kembali rujukan akademik yang digunakan.

Menurut Endin, adanya klaim kebenaran terhadap suatu pemahaman keilmuan tertentu justru sangat mengganggu kehidupan. "Semua bentuk literasi pengetahuan itu tidak ada yang final, satu-satunya yang bersifat absolut yaitu berasal dari Tuhan, Allah SWT," ucap Endin kepada peserta Diklatpimnas II.

Di dalam literasi keagamaan Islam, kata Endi, terdapat tiga metodologi penulisan yang cukup populer yaitu matan, syarah dan hasyiyah. Matan merupakan teks awal suatu tema penulisan yang dituliskan oleh penulis awal. Selanjutnya, syarah dituliskan untuk melengkapi kembali teks-teks matan yang dianggap masih kurang. Kemudian hasyiyah, umumnya dituliskan sebagai tulisan pelengkap yang didalamnya berisi komentar dan tanggapan penulis lain. Endin menyatakan ketiga metodologi tersebut seringkali dituliskan pada satu buku yang sama.

Endin yang dikenal sebagai politikus senior PPP ini juga menjelaskan, dalam literasi keagamaan Islam, hubungan antara murid dan guru sangatlah dekat. Dijelaskan dia, terkadang relasi keduanya diwujudkan dalam bentuk sikap penghormatan yang luar biasa dari murid kepada sang guru. Dalam metodologi penulisan matan dan syarah, Endin mengatakan keduanya bisa bertemu baik secara fisik, atau teks, atau fisik dan teks.

Dalam literasi keagamaan Islam juga memiliki sistem transmisi keilmuan yang sambung menyambung, dari generasi penulis pertama hingga penulis berikutnya. Bahkan dikatakan Endin, silsilah keilmuannya mereka menyambung kepada sumber ilmu pertama yaitu baginda Rasulullah SAW.

"Sudah banyak buku-buku yang ditulis pada ratusan tahun yang lalu itu sudah menggunakan rujukan penulisan secara silsilah," terangnya.

Dalam kesempatan itu, Endin yang juga merupakan Kepala Madrasah Kader Nahdlatul Ulama (MKNU) mengajak peserta Diklatpimnas Kemenag agar mengimplementasikan nilai-nilai moderasi dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam mencintai Tanah Air. Meskipun, diakui Endin, banyak masyarakat mengekspresikan wujud kecintaan Tanah Air mereka secara beragam melalui slogan seperti "NKRI Harga Mati", "Garuda di Dadaku", "Jangan Pulang Sebelum Menang" dan lain sebagainya.[]


Tinggalkan Komentar