telusur.co.id -Tiga pekan pascabanjir bandang dan tanah longsor, pemulihan sejumlah akses dasar bagi masyarakat terdampak masih belum sepenuhnya tuntas. Selain terputusnya akses mobilitas akibat kerusakan jalan dan jembatan, ketersediaan air bersih juga menjadi persoalan serius. Kondisi tersebut dirasakan warga Jorong Limo Badak, Kecamatan Malalak, Kabupaten Agam, Sumatra Barat, yang hingga kini masih mengalami keterbatasan akses air bersih setelah sumber air utama mereka terdampak bencana.
Merespons kondisi tersebut, dosen dan mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi (FST) yang tergabung dalam Tim Tanggap Darurat Bencana Universitas Airlangga (UNAIR) mendorong percepatan pemulihan melalui pemasangan instalasi filter air. Dosen FST UNAIR yang terjun langsung ke lokasi bencana, Danar Arifka Rahman ST MT, menjelaskan bahwa instalasi tersebut bertujuan membantu memulihkan akses air bersih dan sanitasi bagi masyarakat terdampak.
Menurut Danar, proses instalasi diawali dengan penentuan titik lokasi dan sumber air yang memungkinkan untuk dimanfaatkan secara berkelanjutan. Limo Badak merupakan salah satu kawasan terdampak parah di Kecamatan Malalak. Di wilayah tersebut, masyarakat mendirikan dapur umum di sekitar masjid yang juga berfungsi sebagai pusat evakuasi dan tempat berkumpul warga.
“Untuk distribusi air bersihnya, kami mengambil dari tampungan masyarakat setempat, di mana air itu mengalir terus dari atas lalu kami ambil dan tampung di suatu bak penampungan. Di penampungan tersebut kami pompa melalui kolom filtrasi. Hasil filtrasi tersebut bisa masyarakat manfaatkan untuk masak, minum, dan sebagainya,” terangnya.
Agar instalasi dapat digunakan dalam jangka panjang, Danar bersama tim juga memberikan sosialisasi kepada masyarakat terkait perawatan filter air. Edukasi tersebut mencakup cara pembersihan dan pemeliharaan rutin agar kualitas air tetap terjaga.
“Kami juga sudah menyampaikan ke masyarakat setempat cara membersihkan filter sehingga bisa digunakan terus. Selama rutin dibersihkan, instalasi tersebut bisa awet sampai bertahun-tahun,” jelasnya.
Sebagai dosen Teknik Lingkungan, Danar berharap instalasi filter air ini dapat menjadi solusi nyata bagi warga Limo Badak dalam menjalani kehidupan pascabencana. “Harapan saya, semoga hal kecil ini bisa bermanfaat untuk masyarakat Limo Badak. Dengan adanya sosialisasi cara penggunaannya, kami berharap filter air ini bisa awet dan dimanfaatkan terus oleh mereka,” ucapnya.
Bagi masyarakat setempat, kehadiran instalasi filter air tersebut dirasakan sangat membantu. Salah satu warga Limo Badak, Rio Hanafi, mengungkapkan bahwa pascabencana, aktivitas sehari-hari warga sempat terganggu akibat rusaknya sumber air yang biasa digunakan.
Ia berharap instalasi filter air tersebut dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan melalui perawatan bersama oleh warga. “Masyarakat di Limo Badak ini juga akan turut berpartisipasi dan bergotong royong dalam perawatan instalasi ini. Mudah-mudahan alat ini bisa berfungsi untuk masyarakat di sini untuk selanjutnya dan seterusnya,” harap Rio.
Upaya pemasangan instalasi filter air ini menjadi bagian dari kontribusi UNAIR dalam mendukung pemulihan masyarakat terdampak bencana, sekaligus memastikan terpenuhinya kebutuhan dasar air bersih sebagai penopang kesehatan dan keberlangsungan hidup warga.



