Kuda Hitam Prof Denny Indrayana di Pilkada Kalimantan Selatan - Telusur

Kuda Hitam Prof Denny Indrayana di Pilkada Kalimantan Selatan


Oleh : Abdullah Uwais Alatas*

Perhelatan Pemilihan Kepala Daerah Pilkada serentak rupanya tetap dilangsungkan tahun ini meskipun di tengah pandemi Covid19. Walau dengan sedikit penundaan jadualnya, pemerintah bersama DPR RI dan penyelenggara pemilihan umum (KPU) serta pihak terkait lainnya sudah memutuskan pelaksanaan pemungutan suara akan dilaksanakan pada 9 Desember 2020.

Menarik untuk kita cermati adalah Pilkada untuk calon gubernur dan wakil gubernur Kalimantan Selatan. Awalnya mulai muncul awal tahun 2019 nama Pangeran Khairul Saleh yang utarakan maksudnya untuk bertanding melawan petahana, Sahbirin Noor, gubernur Kalimantan Selatan saat ini. Tidak lama kemudian muncul kandidat lain, yaitu Prof. Dr. Denny Indrayana, eks wakil menteri Hukum dan HAM era SBY dan salah satu pengacara handal 02 di sidang MK saat sengketa Pilpres lalu.

Pangeran Khairul Saleh akhirnya tidak lagi terdengar suaranya. Yang terjadi  saat ini justru dukungan masyarakat pada Prof Denny mulai meluas dengan topangan relawan eks 02 yang amat solid tersebar di seluruh kecamatan dan desa di Kalimantan Selatan.

Tidak terelakkan kehadiran Prof Denny menjadikan Pilkada di Kalimantan Selatan dipastikan seru. Prof Denny Indrayana sepertinya tidak gentar melawan Petahana Sahbirin Noor yang kemungkinan besar akan didampingi H. Muhidin dari PAN sebagai calon wakil gubernurnya dengan dukungan koalisi partai politik yang diajukan DPD Golkar Kalimantan Selatan, yaitu PAN, PKS dan Nasdem. PKB dan PPP belum memberikan sinyal dukungannya.

Prof Denny sendiri makin kuat manuver politiknya setelah Gerindra Kalimantan Selatan melalui H. Abidin menguatkan dukungan politiknya, paralel dengan dukungan yang diberikan langsung Ketum Gerindra, H. Prabowo Subianto. Dukungan Demokrat melalui Ketua Dewan Pembina Demokrat, H. Susilo Bambang Yudhoyono juga telah diperoleh Prof Denny Indrayana.

Amat disayangkan juga sebenarnya jika kehadiran Prof Denny Indrayana dalam kontestasi pilkada sampai saat ini hanya didukung Gerindra dan Demokrat saja. Partai politik seperti PKS dan PAN justru mendukung kekuatan status quo, bukan kekuatan arus perubahan yang diinginkan umat. Tentu segala resiko politik akan dipikulnya sendiri. Toh lapis keumatan akan menilai dari konsistensi perjuangannya. 

Gerindra dan Demokrat dipastikan akan meraih dukungan politik besar dari warga Banjar, lebih disebabkan karena saat ini Prof Denny telah dianggap sebagai icon perubahan. Integritas Prof Denny Indrayana sebagai putra Banjar sekaligus tokoh anti korupsi, juga dedikasinya untuk pemberlakuan kebijakan dan pelayanan publik yang taat hukum tidaklah diragukan secara nasional. Prof Denny dinilai sosok yang tepat untuk melakukan perubahan politik dan ekonomi di tengah realitas pahit makin menurunnya tingkat kesejahteraan dan pendidikan warga Kalimantan Selatan yang memiliki kekayaan alam luar biasa. Karena itu aspek pembangunan ekonomi atas eksplorasi kekayaan alam yang dirasakan hanya menguntungkan korporasi tertentu saja juga merupakan harapan warga yang mesti diubah lebih adil di tangan Prof Denny.

Tantangan yang dihadapi Prof Denny sendiri saat ini tidaklah ringan, khususnya dari sisi afiliasi kekuatan politik yang tidak menghendaki arus dukungan menguat. Dan karena itu bukan tidak mungkin lahirnya kandidat ketiga sebagai pemecah suara. Tapi lazimnya pertarungan Pilkada di mana pun, kekuatan arus perubahan akan sulit terbendung. Apalagi bila terbaca di masyarakat, munculnya kandidat ketiga dinilai hanyalah bangunan politik status quo.

Realitas politik saat ini memang akhirnya memberi sinyal kuat bahwa sosok Prof Denny Indrayana dinilai bakal menjadi kuda hitam di tengah pertarungan melawan Petahana, Sahbirin Noor. Apalagi di saat popularitas Sahbirin Noor hanya 42% berdasarkan hasil survei SMRC bulan Oktober tahun lalu.

 

*) Penulis adalah Pemerhati Politik


Tinggalkan Komentar