telusur.co.id - Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Brebes 2024 mulai memanas dengan fenomena menarik, calon tunggal yang semakin menggeliat, diiringi oleh perlawanan dari gerakan kotak kosong yang juga kian menguat.
Dalam beberapa pekan terakhir, aksi dukungan terhadap kotak kosong semakin masif, tak hanya melalui media sosial, tetapi juga lewat aksi vandalisme atau coretan di jalan-jalan raya.
Masyarakat Brebes, khususnya di kalangan generasi muda, mulai menunjukkan keterlibatan aktif dalam Pilkada ini dengan menggunakan berbagai medium sebagai bentuk ekspresi dan perlawanan.
Calon Tunggal Menggeliat, Kotak Kosong Jadi Sorotan
Sebagai daerah yang dinamis, Brebes tidak lepas dari tren politik calon tunggal. Satu-satunya pasangan calon bupati dan wakil bupati yang bertarung di Pilkada kali ini tampaknya mendapat dukungan yang solid dari partai-partai besar.
Namun, di balik itu, pilihan kotak kosong mulai menjadi opsi serius bagi sebagian masyarakat yang merasa bahwa demokrasi akan lebih hidup jika ada ruang bagi pilihan lain.
Kotak kosong menjadi simbol perlawanan bagi mereka yang merasa bahwa Pilkada kali ini kurang memberikan pilihan alternatif.
Dengan menyimbolkan kekuatan aspirasi rakyat yang menginginkan perubahan, kotak kosong berhasil menarik perhatian banyak pihak.
Dari Gerakan Medsos ke Jalanan
Di era digital ini, gerakan ajakan memilih kotak kosong tak hanya ramai di media sosial, namun merambah ke ruang-ruang publik.
Unggahan-unggahan media sosial utamanya grup WhatsApp dengan konten yang mengajak warga untuk mempertimbangkan pilihan kotak kosong.
Kreativitas warganet dalam memobilisasi opini publik tampak dalam bentuk unggahan-unggahan yang berusaha mengedukasi publik tentang apa artinya memilih kotak kosong.
Namun, gerakan ini tidak berhenti di ranah digital. Di berbagai titik di Kabupaten Brebes, coretan dan mural ajakan memilih kotak kosong mulai bermunculan.
Tulisan-tulisan seperti “Bupati Kotak Kosong” menghiasi di beberapa titik jalan raya. Bahkan unggahan video yang besifat menyerang pada calon tunggal juga, diantaranya tentang harga bawang merah.
Aksi ini menjadi bentuk ekspresi nyata dari sebagian warga yang ingin memperkuat perlawanan terhadap calon tunggal, menegaskan bahwa suara rakyat tetap penting dalam kontestasi politik.
Perlawanan dari Pendukung Calon Tunggal
Aksi perlawanan juga muncul dari pihak yang mendukung calon tunggal. Beberapa coretan ajakan memilih kotak kosong dihapus atau diwarnai ulang oleh kelompok yang berseberangan.
Calon tunggal juga sempat mengklarifikasi atau bantahan terhadap pernyataannya tentang harga bawang.
Fenomena ini menjadi cerminan dari kondisi politik Brebes yang semakin memanas jelang hari pemungutan suara.
Keberadaan kotak kosong tidak lagi sekadar simbol alternatif, tetapi telah menjelma menjadi narasi perlawanan yang serius.
Masa Depan Politik Brebes di Tengah Kotak Kosong
Seiring dengan semakin dekatnya Pilkada, pertarungan antara calon tunggal dan kotak kosong semakin menarik perhatian. Di satu sisi, calon tunggal memiliki dukungan struktural yang kuat dari berbagai elemen politik.
Di sisi lain, kotak kosong hadir sebagai simbol aspirasi sebagian masyarakat yang menginginkan perubahan atau setidaknya kesempatan untuk menolak dominasi politik tertentu.
Fenomena perlawanan ini menegaskan bahwa Pilkada Brebes bukan hanya tentang memilih pemimpin daerah, tetapi juga tentang bagaimana masyarakat mengekspresikan kehendak politik mereka.
Aksi-aksi kreatif, baik di dunia maya maupun di jalan raya, menunjukkan bahwa Pilkada kali ini memiliki dinamika yang lebih kompleks dan penuh warna.
Di tengah dinamika tersebut, pertanyaannya kini adalah apakah gerakan kotak kosong dapat menggalang dukungan yang cukup besar untuk menggagalkan calon tunggal?
Atau, apakah calon tunggal akan tetap melenggang dengan kemenangan yang dominan? Hanya waktu yang akan menjawab.
Yang pasti, Pilkada Brebes 2024 telah menjadi arena yang penuh dengan kejutan dan dinamis.
Sebelumnya, Massa dari Gerakan Kotak Kosong (Gertak) mendatangi Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Brebes untuk mendeklarasikan pemenangan kotak kosong di Pilkada Brebes.
"Kotak kosong mempunyai hak yang sama dengan calon yang diusung oleh partai politik. Kotak kosong diperbolehkan kampanye meski tidak dijadwalkan oleh KPU," kata Koordinator Gerakan Kotak Kosong Brebes, Slamet Maryoko dalam keterangannya, Selasa (24/9).
Slamet menjelaskan, kotak kosong memang tidak mendapat saksi. Tetapi tetap diberi hak sebagai pengawas resmi mulai dari PPS, PPK hingga KPU.
Gerakan Kotak Kosong, menurut Slamet, dibentuk sebagai rasa prihatin dengan kondisi demokrasi di Brebes. Salah satunya terhadap anggota DPRD terpilih yang tidak mau menjadi penyambung aspirasi rakyat.
"Wakil rakyat yang baru dipilih kemarin ternyata tidak berpihak. Kami bersama dari 17 kecamatan, sepakat memenangkan kotak kosong untuk mengambil alih kekuasaan rakyat dari mereka itu," tegas Slamet.
Ditambahkan, pihaknya akan terus menggencarkan sosialisasi Gerakan Kotak Kosong ke masyarakat. Bahwa memilih kotak kosong juga merupakan hak. [Tp]