telusur.co.id - Sebuah media Amerika, Axios, memberitakan upaya Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membujuk Amerika agar mendukung kesepakatan mengenai pertukaran tahanan dengan Hamas.​

Situs Axios hari Kamis (23/11/23) melaporkan bahwa Netanyahu meminta Presiden AS Joe Biden untuk menghubungi Emir Qatar guna merealisasikan perjanjian gencatan senjata dengan Hamas.

Axios menyatakan bahwa Netanyahu meraih lengan seorang pejabat pemerintah Joe Biden yang bertugas menangani kasus pertukaran tahanan, dan berkata, "Kami membutuhkan perjanjian ini."

Dalam pemberitaan tersebut, media Amerika mengklaim bahwa tekanan terus-menerus dari Joe Biden, presiden Amerika Serikat, terhadap pemimpin beberapa negara Asia Barat merupakan salah satu faktor kunci dalam finalisasi perjanjian gencatan senjata sementara antara Israel dan Hamas.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Qatar Majed bin Mohammad Al-Ansari hari Kamis (23/11/23) mengumumkan  bahwa gencatan senjata sementara di Jalur Gaza dimulai pada hari Jumat (24/11/23) pukul 7:00 pagi.

Al-Ansari menyebutkan bahwa kelompok tahanan pertama akan ditukar pada pukul 16:00 di hari yang sama, dan menyatakan harapan gencatan senjata ini akan menjadi gencatan senjata permanen.

Axios menulis bahwa setelah operasi Hamas, Biden menugaskan Jake Sullivan, penasihat seniornya untuk isu-isu Asia Barat, dan penasihat senior lainnya, Josh Glatzer, guna membentuk satuan tugas rahasia untuk membebaskan tawanan.

Belakangan ini, Netanyahu dituduh oleh keluarga para tahanan karena tidak berbuat banyak untuk membebaskan para tahanan Israel, dan dia mendapat tekanan berat karena hal ini.

Sejak 7 Oktober, Israel telah menargetkan Jalur Gaza dengan pemboman besar-besaran. Terlepas dari klaim Israel atas penghancuran total Hamas, tapi banyak analis bahkan di wilayah pendudukan meragukan kemampuan rezim Zionis itu untuk mencapai tujuan tersebut. [Tp]