MUI dan BPOM Diingatkan Jangan Jadi Tukang Stempel Pemerintah - Telusur

MUI dan BPOM Diingatkan Jangan Jadi Tukang Stempel Pemerintah

Vaksin Covid-19 Sinovac

telusur.co.id - Partai Keadilan Sejahtera (PKS) meminta MUI dan BPOM bekerja secara indepen terkait pemeriksaan kehalalan dan keamanan vaksin Covid-19. Sebagai lembaga pelindung rakyat MUI dan BPOM harus bekerja secara profesional berdasar kaidah-kaidah fatwa dan ilmiah yang berlaku. 

"MUI dan BPOM adalah benteng pelindung masyarakat dalam hal menjaga keyakinan, keselamatan dan keamanan pada setiap makanan dan obat yang akan dikonsumsi," kata Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI, Mulyanto, di Jakarta, Kamis (7/1/21).

Untuk itu, lanjut Mulyanto, MUI dan BPOM harus menjaga independensinya dalam melaksanakan tugas pemeriksaan kehalalan, keefektivan dan keamanan vaksin produksi China ini.  

MUI dan BPOM tidak boleh bekerja dalam tekanan Pemerintah, apalagi didikte oleh para pedagang vaksin. Meski 3 juta dosis vaksin Sinovac buatan China itu tengah didistribusikan ke berbagai daerah, namun proses pemberian fatwa halal oleh MUI dan pemeriksaan hasil uji klinis oleh BPOM harus berjalan sesuai dengan kaidah fatwa dan standar ilmiah yang teruji.

"Jangan sampai MUI dan BPOM sekedar menjadi tukang stempel, yang hanya mengikuti kehendak pihak-pihak yang diuntungkan dengan bisnis vaksin ini. Prinsip perlindungan terhadap keyakinan relijius dan kesehatan masyarakat harus tetap menjadi pedoman yang utama," tegas Mulyanto. 

Mulyanto menambahkan, sekarang ini masyarakat menyorot kinerja dua lembaga ini. Masyarakat berharap MUI dan BPOM benar-benar menjadi benteng perlindungan hati-nurani serta tumpuan kepercayaan mereka. Masyarakat ingin vaksin yang direkomendasikan benar-benar terjamin khasiat, keamanan dan kehalalannya. 

"Masyarakat akan taat dan turut dengan apa yang akan direkomendasikan MUI dan BPOM," tuturnya.

Selain itu, Mulyanto juga minta Pemerintah tidak hanya mengandalkan satu merek vaksin saja seperti Vaksin Sinovac. Pemerintah perlu mempertimbangkan merek vaksin lain yang terinformasikan efektivitas dan keamanannya. 

Hal ini penting agar Indonesia tidak tergantung dan terjadi tindak monopoli atas satu merek saja.  "Ini tidak sehat secara ekonomi," imbuhnya.

Mulyanto mendesak Pemerintah mempercepat proses uji klinis dan produksi vaksin Merah Putih yang merupakan vaksin hasil karya peneliti dalam negeri. Diharapkan vaksin ini dapat menjadi substitusi atau pengganti vaksin impor.  

"Kita memiliki banyak ahli vaksin serta BUMN sektor kesehatan yang andal. Saya yakin bangsa kita mampu memproduksi vaksin domestik hasil riset dan inovasi anak bangsa ini jika Pemerintah mendorong dan memfasilitasi secara maksimal. Kenapa tidak?" tandas Mulyanto.[Fhr]


Tinggalkan Komentar