Pakar Komunikasi Politik UNAIR Beri Tanggapan Tentang Etika Berdebat Politik - Telusur

Pakar Komunikasi Politik UNAIR Beri Tanggapan Tentang Etika Berdebat Politik

Pakar Komunikasi Politik Unair, Dr. Suko Widodo

telusur.co.id - Debat keempat cawapres 2024 membawa sebuah perbincangan tentang etika dalam berdebat di tengah masyarakat. Pakar komunikasi politik Universitas Airlangga, Dr Suko Widodo Drs MSi memberikan pandangannya terkait hal tersebut dalam wawancara eksklusif yang dilakukan tim Unair News. 
 
Menurutnya, debat itu merupakan tradisi di dalam demokrasi dan cara untuk menemukan kebaikan yang tepat. Sehingga tidak ada kata menang atau kalah di dalam perdebatan. Debat mencari pemikiran-pemikiran yang bagus. Agar dapat menjadi alat bagi masyarakat untuk menyeleksi calon pemimpin mereka. 
 
“Bagaimana kita bisa mem-promote atau mempresentasikan ide-ide agar bisa diterima orang banyak dengan argumentasi-argumentasi,” jelasnya. Senin, (22/1/2024).
 
Etika dalam Berdebat
 
Dr Suko menjelaskan bahwa, selain tema yang jelas, debat memerlukan cara berkomunikasi yang benar. Semua yang dibicarakan harus menjadi jelas dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti. Hal itu sangat perlu untuk sebuah diskusi dapat berjalan.

“Yang bicara harus mengerti sehingga peserta dan lawan bisa mengikuti alur berpikir. Sehingga nanti akan keluar argumentasi sanggahan atau usulan yang masuk akal terhadap ide itu,” tandas dosen ilmu komunikasi itu.
 
Tujuan dari debat adalah untuk mengadu pikiran, mengadu ide, serta mengadu gagasan. Maka dari itu, tema di dalam debat harus menjadi fokus atau consent dalam perdebatan. Ia menganggap gestur-gestur berlebihan itu tidak menjadi perlu di dalam suatu debat. 
 
Menurut Dr Suko, komunikasi itu menyangkut rasa dengan tiga unsur penting berupa logika, etika, dan estetika. Sehingga gaya komunikasi itu menjadi penting bagi calon pemimpin. 
 
Strategi Debat Politik 
 
Banyak orang mengatakan bahwa penggunaan istilah itu merupakan sebuah strategi dalam debat. Menurut pakar komunikasi politik itu, penggunaan istilah itu memang benar adalah sebuah strategi, namun tidak berada pada level yang tinggi. 
 
“Strategi debat itu terdiri dari level 1 sampai 6, mestinya semakin matang berpikirnya semakin bijak. Pengambilan policy itu pada level 6, bukan teknis atau level 1. Itu baru menunjukkan kualitas orang,” katanya. 
 
Untuk mencapai komunikasi efektif di dalam debat, istilah-istilah harus dijelaskan dengan mantap kepada semua audiens dalam perdebatan. Ditopang dengan cara penyampaian yang benar, ide yang digagas akan tersampaikan kepada masyarakat. Sehingga masyarakat dapat menilai calon pemimpin yang akan mereka pilih pada 14 Februari mendatang. (ari)
 


Tinggalkan Komentar