telusur.co.id - Perselisihan antara Presiden Brazil Jair Bolsonaro dengan para petinggi tentara Brazil mengenai penanganan virus corona semakin meruncing. 

Bahkan, sebuah laporan yang diterbitkan oleh pusat studi strategis tentara Brasil minggu lalu bertentangan dengan Presiden Jair Bolsonaro dengan menyerukan isolasi yang luas untuk melawan pandemi COVID-19.

Studi ini menyerukan untuk memperkuat langkah-langkah jarak sosial untuk memperlambat percepatan kasus yang dikonfirmasi yang telah dua kali lipat dalam enam hari terakhir menjadi 12.056 orang, dengan 553 kematian.

Sikap para tentara menentang pernyataan Bolsonaro yang menyerukan negara untuk mengakhiri penguncian dan membiarkan warga Brazil kembali bekerja.

Penolakannya terhadap perlunya menjauhkan sosial telah menyebabkan perpecahan di kabinetnya, dengan perwira militer top di pemerintah menentang sikapnya dan berpihak pada Menteri Kesehatan Luiz Henrique Mandetta, termasuk Kepala Staf Presiden Walter Braga, seorang jenderal Angkatan Darat yang aktif.

Perwakilan militer menolak untuk mengomentari laporan dari pusat studi CEEEx, yang melapor langsung kepada Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Marcos Antonio Amaro. Kantor Bolsonaro tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Dokumen itu diterbitkan di situs web CEEEx pada hari Kamis, tetapi tidak dapat diakses pada hari Senin. Seorang juru bicara militer mengatakan situs itu "sedang dalam perbaikan."

Laporan ini mendukung langkah-langkah menjauhkan sosial yang tersebar luas, atau "horizontal," untuk menghindari puncak tajam dalam infeksi, sebuah kebijakan yang didukung oleh para ahli kesehatan tetapi dipertanyakan oleh Bolsonaro. [ham]