Pidato di PBB, Presiden Iran Tuntut Hukuman atas Pembunuhan Jenderal Soleimani - Telusur

Pidato di PBB, Presiden Iran Tuntut Hukuman atas Pembunuhan Jenderal Soleimani

Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi membawa foto Jenderal Qassem Soleimani saat berpidato di PBB. (Foto: PressTV).

telusur.co.id - Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi berpidato pada sidang tahunan ke-77 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat (AS). Dalam pidatonya, Presidan Iran menyerukan tuntutan hukuman terhadap mantan presiden AS Donald Trump atas pembunuhan jenderal legendaris Iran Qassem Soleimani.

Raisi memuji besarnya peran Iran dalam menghadapi sepak terjang kekuatan arogan di Timur Tengah (Timteng), termasuk berupa “terorisme buatan AS”, di mana berkat kepemimpinan Jenderal Soleimani, Iran berhasil menggagalkan plot yang bertujuan memanipulasi kontur negara-negara regional.

“Kami akan menindaklanjuti penuntutan yang adil atas kekejaman mantan presiden Amerika (Donald Trump) melalui pengadilan yang adil,” tegas Raisi, seperti dilaporkan PressTV, Rabu (21/9/22).

Seperti diketahui, pembunuhan itu terjadi di dekat bandara Baghdad pada 3 Januari 2020 atas instruksi langsung Trump. Pembunuhan itu juga mengugurkan rekan-rekan Soleimani, termasuk wakil komandan pasukan relawan Irak Hashd Al-Shaabi, Abu Mahdi al-Muhandis.

“Komandan dan pahlawan perang melawan terorisme dan penghancur Daesh (ISIS), bukanlah siapa-siapa, melainkan Letnan Jenderal Qassem Soleimani,” ujar Raisi.

Dia memuji Soleimani sebagai “orang yang gugur syahid demi pembebasan bangsa-bangsa di kawasan.”

Presiden Raisi menambahkan bahwa penuntutan yang adil atas kekejaman yang telah diakui Trump sama dengan “melakukan layanan kemanusiaan” .

“Kami akan mengejar keadilan dan pengadilan terhadap orang yang melakukannya, dan orang yang memerintahkannya, melalui pengadilan yang adil dan sampai mencapai suatu hasil yang pasti,” ungkapnya.

Tatanan Baru

Presiden Raisi juga menyebutkan bahwa masyarakat internasional sedang menyongsong “era dan tatanan baru” yang menolak tatanan lama yang sepihak.

“Saat ini, kita berkumpul satu sama lain dalam keadaan, di mana kita dihadapkan pada fakta penting, yaitu memutar dan mengubah dunia,” tuturnya.

Dia menganggap tatanan lama dunia sebagai tatanan yang dicirikan oleh “unilateralisme”, “imperialisme”,  dan “prevalensi modal atas moralitas, kesetaraan, dan kebajikan”.

Presiden Iran juga menyebutkan beberapa ciri tatanan lama berupa meluasnya kemiskinan, diskriminasi, dan ketidaksetaraan,penyebaran kekerasan dan sanksi, dan pelanggaran hak-hak negara serta penyalahgunaan organisasi dan lembaga internasional untuk menekan negara-negara merdeka.

“Singkatnya, dunia yang tidak adil dalam setiap aspek,” tuturnya.

Namun, imbuhnya, tatanan yang tidak adil telah kehilangan legitimasinya di tengah opini dunia, dan pasti akan buyar mengingat keadaan saat ini di kawasan Timteng, dari Afghanistan hingga Irak, Lebanon, Palestina, dan Iran  menjadi manifestasi dari menurunnya status tatanan lama dunia. [Tp]


Tinggalkan Komentar