PKB Ingatkan Sri Mulyani, Kenaikan Cukai Tembakau Matikan Petani dan Pekerja - Telusur

PKB Ingatkan Sri Mulyani, Kenaikan Cukai Tembakau Matikan Petani dan Pekerja


telusur.co.id - Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani Indrawati diminta untuk mempertimbangkan rencana kenaikan cukai tembakau sebesar 23 persen untuk tahun anggaran 2020. Sebab, Rencana ini akan memukul petani tembakau dan pekerja pabrik rokok.

Demikian pendapat Ketua DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Bidang Ketenagakerjaan dan Migran, Dita Indah Sari, kepada wartawan, di Jakarta, Selasa (17/9/2019). 

Dirinya mengatakan, renacana kenaikan tersebut terlalu besar, bahkan lebih dua kali lipat dari tahun 2018, yang rata-rata sebesar 10.48 persen.

"Memang tahun ini cukai tidak naik, namun kan perhitungannya tidak perlu sampai dirapel dua kali lipat begitu. Apalagi kenaikan Harga Jual Eceran (HJE) sampai dipatok 35 persen. Ini akan membunuh industri tembakau. Dan yang paling dulu kolaps adalah petani, pekerja rokok dan pabrik rokok kecil-menengah," kata Dita Indah Sari.

Kenaikan cukai dan HJE sebesar itu, lanjutnya, akan membuat volume permintaan turun drastis. Akibatnya pembelian tembakau petani oleh pabrik rokok akan menurun.

"Ya jumlah, ya harganya. Lalu industri ini mati pelan-pelan dan orang kehilangan pekerjaan," kata Dita.

"Ibu Sri, coba dipertimbangkan lagi. Ada 150 ribu buruh pabrik rokok, 90 ribu karyawan pabrikan, 1,6 juta petani cengkeh, 2,3 juta petani tembakau. Belum pedagang ecerannya 2,9 juta orang. Itu efek dominonya. Lagipula rata-rata pekerja pabrik tembakau adalah perempuan, usia tua dan low skill. Industri mana lagi yang mau terima mereka? Tidak ada."

PKB memahami kesulitan neraca penerimaan pemerintah. Selain kenaikan cukai, pemerintah juga ingin menggenjot PPN dari tembakau. Namun jangan dengan besaran yang membunuh industri.

Cukai, kata dia, tidak naik sebesar itu saja industri ini sudah menurun. Yang mana pada tahun 2012 ada sekitar 1.000 pabrikan, sekarang tersisa 456. Kenaikan sebesar ini adalah zero-sum game bagi kita semua.

"Nggak ada yang menang pada akhirnya. Semua kalah. Dan yang kalah duluan adalah yang kecil. Kenaikan di angka rata-rata 15 persen masih realistis. Tentu golongan Sigaret Kretek Tangan yang padat pekerja akan naik di bawah itu. Dan Sigaret Putih Mesin pasti di atas itu. Jadi cukai tetap naik, pemerintah dapat tambahan uang untuk menambal defisit, namun industri tidak mati. Kami minta dipertimbangkan lagi," kata Dita Indah Sari. [ipk]


Tinggalkan Komentar