Politik Itu Netral, Tapi Bisa Positif Juga Bisa Negatiff - Telusur

Politik Itu Netral, Tapi Bisa Positif Juga Bisa Negatiff

Diskusi Filsafat Politik yang digelar Alumni Thawalib (foto: fie)

telusur.co.id -  Dalam era modern ini, politik tidak lagi hanya mengacu pada penyelenggaraan negara dan pemerintahan semata. Dinamika politik semakin dipengaruhi oleh beragam faktor baik sosial dan ekonomi.

Namun dalam implementasi atau penerapan di masyarakat, politik tidak lepas dari praktek politik kotor, ketidak-jujuran dan kecurangan. Pandangan tersebut terungkap pada diskusi Filsafat Politik yang digelar Alumni Thawalib Jakarta, Jumat (12/1/2024). Sebagai narasumber pada diskusi ini, Ketua Komisi B DPRD DKI Jakarta, Ismail Spd, MH dan Wakil Ketua Lembaga Senin Budaya PP Muhammadiyah, Kusen Ph.D dengan moderator wartawan senior Dr Theo Yusuf.

Menurut Ismail, perilaku politik kotor di tanah air masih cukup masif, bahkan pada setiap lapisan dari tingkat desa sampai pusat.

“Apa memang benar politik kotor dan sejatinya kotor?” ujarnya. Menurut Ismail, politik itu netral. Namun politik bisa negatif bisa juga positif.
“Politik tergantung siapa pelakunya. Bisa negatif, bisa juga indah jika politik diyakini, dilakukan dg cara baik,” ujarnya.

Dia juga meyakini bahwa politik berorientasi untuk meraih kekuasaan. “Omong kosong jika politik tidak berorientasi kekuasaan,” ujarnya lagi. Untuk itu, upaya dari pihak yang ingin politik positif adalah bagaimana kita mewarnai politik. “Islam memandang politik itu ada panduannya. Politik jadi sarana meraih kekuasaan, adapun kekuasaan bertugas menjaga agama,” terang Ismail.

Dalam berpolitik lanjut Ismail, bagaimana kita mengimplementasi maqasid al-syariah dalam lima hal yakni hifz al-din (menjaga agama), hifz al-nafs (menjaga jiwa), hifz al-‘aql (menjaga akal) hifz al-nasl (menjaga keturunan) dan hifz al-mal (menjaga harta).

Sementara Kusen Ph.D berpendapat, dalam berpolitik perlu keberanian dan ketegasan. “Dalam berpolitik jangan jadi pengecut,” tandas Dosen UIN Jakarta dan STAI Publisistik Thawalib ini.

Menurut Kusen, dalam berpolitik perlu strategi yang tepat agar bisa menang di pentas politik seperti pemilu baik pemilihan presiden dan anggota legislatif.(fie)

“Sayangnya partai-partai Islam menjadi partai yang kalah,” kata Kusen. (fie) 


Tinggalkan Komentar