Ratusan Keluarga Kerajaan Terinfeksi COVID-19, Saudi Hentikan Serangan ke Yaman - Telusur

Ratusan Keluarga Kerajaan Terinfeksi COVID-19, Saudi Hentikan Serangan ke Yaman

Keluarga kerajaan Saudi Arabia. (Ist).

telusur.co.id - Momok virus corona (COVID-19 ) menjadi malapetaka bagi dunia, tapi di sisi tertentu menjadi berkah bagi Yaman, bangsa yang sudah lima tahun dihujani bom kekuatan-kekuatan dominan global tanpa ada kepedulian dan perlindungan yang memadai dari masyarakat dunia.  

Merajalelanya wabah VOVID-19 di Arab Saudi dikabarkan sudah menginfeksi sedikitnya 150 anggota keluarga kerajaan dan lalu Riyadh terpaksa berupaya mengakhiri serangannya yang sudah berlangsung lima tahun untuk menebar kehancuran di Yaman.

Ketika COVID-19 kian merebak dan menyerang anggota keluarga kerajaan Saudi, para penguasa Kerajaan, Rabu (8/4/20) melalui pasukan koalisi Saudi-Uni Emirat Arab (UEA) menangguhkan serangannya ke Yaman.

Seperti telah diberitakan, gencatan senjata sepihak itu dicanangkan mulai berlaku per Kamis (9/4/20) hari ini pukul 12.00 waktu Saudi, dan akan berlangsung setidaknya dua minggu.

Anggota senior keluarga kerajaan, termasuk Raja Salman bin Abdulaziz sendiri yang berusia 84 tahun, dan penguasa yang de facto, Putra Mahkota Muhammad bin Salman, telah mengisolasi diri di sebuah pulau di lepas pantai Jeddah di Laut Merah.

Pangeran Faisal bin Bandar bin Abdulaziz Al Saud, gubernur Riyadh yang merupakan keponakan raja, terserang penyakit ini dan dirawat intensif, menurut laporan The New York Times yang mengutip keterangan dua dokter “yang memiliki ikatan” dengan Rumah Sakit King Faisal dan dua sumber lain yang dekat dengan keluarga kerajaan.

Secara keseluruhan, 150 anggota keluarga yang berkuasa dilaporkan telah terinfeksi COVID-19. Pemerintah Saudi secara resmi menyatakan akan mengakhiri perang karena khawatir virus itu dapat menyebar di Yaman, negara yang sejauh ini belum melaporkan adanya kasus infeksi meski sangat rentan penyakit akibat perang.

Pihak-pihak yang bergabung dalam gencatan senjata itu adalah negara-negara koalisi yang dipimpin Saudi serta pemerintahan presiden pelarian Yaman Abd Rabbuh Mansour Hadi yang berada di Riyadh, ibukota Saudi.

Koalisi itu dalam sebuah pernyataannya menyebutkan, “Dalam rangka mengadakan dan menyukseskan upaya utusan PBB untuk Yaman dan demi meringankan penderitaan saudara-saudara Yaman serta bekerja menghadapi pandemi corona dan mencegah penyebarannya, koalisi ini mengumumkan gencatan senjata yang komprehensif untuk periode dua minggu, dimulai pada hari Kamis. ”

Di pihak lain, Mohammed Ali al-Houthi, seorang pejabat tinggi gerakan Ansarullah (Houthi) yang menguasai Sanaa, ibu kota Yaman, di halaman Twitter-nya, Rabu, menyebutkan gagasan yang terdiri atas delapan halaman untuk menyudahi perang.

Gencatan senjata sepihak ini menyetop invasi militer lima tahun yang dilancarkan secara kejam oleh negara terkaya di Timur Tengah dan para sekutunya terhadap negara jirannya yang termiskin. Invasi itu dimulai pada 26 Maret 2015, tepat ketika PBB hampir menengahi kesepakatan untuk mengakhiri pertikaian politik, seperti yang dikatakan utusan PBB untuk Yaman pada saat itu.

Martin Griffiths, utusan PBB untuk Yaman saat ini, dalam sebuah pernyataan mengimbau semua pihak yang bertikai agar menghentikan perang.

“Semua pihak sekarang harus memanfaatkan kesempatan ini dan segera menghentikan semua permusuhan dengan sangat mendesak,” pintanya.

BBC melaporkan bahwa kedua pihak akan berkomunikasi dalam konferensi video untuk membahas gencatan senjata. “Proposal itu menyerukan penghentian semua permusuhan udara, darat dan laut,” kata penyiar kantor berita Inggris itu.

Belum ada reaksi dari AS, negara yang getol menyokong perang Saudi terhadap Yaman dengan bantuan logistik dan material.

Konflik di manapun memang sudah seharusnya dihentikan, terlebih ketika Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres telah menyerukan gencatan senjata global sembari menyatakan bahwa sekitar 70 negara telah menandatangani seruan ini.

Dan Arab Saudi lantas muncul pada hari Rabu untuk bergabung dengan daftar negara penandatangan itu bersamaan dengan tersiarnya laporan terjangkitnya 150 anggota keluarga Kerajaan Saudi oleh COVID-19. [Tp]

 


Tinggalkan Komentar