Rusia Pertimbangkan Euro dan Rubel, Dolar Amerika Makin Ditinggalkan - Telusur

Rusia Pertimbangkan Euro dan Rubel, Dolar Amerika Makin Ditinggalkan


telusur.co.id - Pemerintah Rusia sedang mempertimbangkan menggunakan mata uang dalam euro dan rubel untuk melakukan transaksi keuangan ekspor energi. Dengan begitu, dolar AS semakin ditinggalkan.

Pernyataan itu diungkapkan Menteri Ekonomi Rusia Maxim Oreshkin dalam sebuah wawancara dengan Financial Times pada hari Minggu. Ia mengakui jika mata uang euro dan rubel cukup baik dan stabil untuk menjadi alat transaksi global.

“Kami memiliki mata uang yang sangat baik, stabil. Mengapa tidak menggunakannya untuk transaksi global? ”Kata Oreshkin

"Kami ingin (penjualan minyak dan gas) dalam rubel di beberapa titik," katanya seperti dikutip. "Pertanyaannya di sini adalah tidak memiliki biaya berlebihan dari melakukannya dengan cara itu, tetapi jika infrastruktur keuangan luas dibuat, jika biaya awal sangat rendah, lalu mengapa tidak?"

Oreshkin mengatakan bahwa Rusia akan dapat menjual ekspor energinya dalam mata uang lokal mengingat popularitas obligasi domestik negara itu di antara investor asing, yang memiliki 29% dari utang rubelnya.

Rusia telah berupaya mengurangi paparannya ke AS melalui kebijakan "de-dolarisasi" untuk mengimbangi dampak sanksi AS.

Aset Rusia berada di bawah tekanan setelah sanksi Barat babak pertama diberlakukan pada 2014 karena mencaplok Crimea dari Ukraina.

Selanjutnya, Washington memberlakukan sanksi lebih lanjut atas tuduhan mencampuri pemilihan presiden AS 2016 dan keracunan mantan mata-mata di Inggris, tuduhan yang dibantah oleh Rusia.

Pada bulan Agustus, AS melarang banknya membeli Eurobonds berdaulat langsung dari Rusia. Kementerian keuangan Rusia mengatakan bulan lalu bahwa negara itu akan lebih fokus pada penjualan utangnya kepada investor dari Asia dan Eropa dan dapat menyesuaikan mata uang dari masalah obligasi.

Oreshkin mengatakan kepada FT Rusia bertujuan untuk meningkatkan perdagangan bilateral dengan Uni Eropa, tetapi tidak mungkin untuk menerima kembali ekspor makanan UE kecuali blok tersebut memudahkan akses Rusia ke pasarnya. [Ham]


Tinggalkan Komentar