UNAIR Kolaborasi dengan Pengrajin Batik Batu untuk Atasi Limbah Pewarna Batik dengan Teknologi Nano-Karbon - Telusur

UNAIR Kolaborasi dengan Pengrajin Batik Batu untuk Atasi Limbah Pewarna Batik dengan Teknologi Nano-Karbon

Peserta kegiatan menyimak demonstrasi penggunaan nano-karbon dari batok kelapa dalam pengolahan limbah pewarna batik pada Sabtu (20/9/2025) di SLB Eka Mulia, Kota Batu. Foto: Istimewa.

telusur.co.id -Program Studi Rekayasa Nanoteknologi, Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin (FTMM), Universitas Airlangga (UNAIR) melaksanakan program pengabdian kepada masyarakat dengan membantu pengrajin batik di Kota Batu mengatasi limbah pewarna batik yang berpotensi mencemari lingkungan, Sabtu (20/9/2025).

Produksi batik di Kota Batu berkembang pesat dan kini dikenal hingga tingkat internasional. Meski perkembangan ini berdampak positif bagi perekonomian lokal, namun juga menimbulkan persoalan lingkungan yang serius. Limbah cair dari proses pewarnaan batik mengandung bahan kimia berbahaya yang dapat mencemari air, merusak ekosistem, dan bahkan menimbulkan risiko kesehatan jangka panjang seperti gangguan pencernaan hingga kanker.

Sebagai solusi, tim UNAIR bersama pelaku UMKM batik memperkenalkan nanomaterial berbasis karbon yang berasal dari batok kelapa untuk mengolah limbah cair. Proses pembuatan nano-karbon ini dilakukan dengan pembakaran pada suhu tertentu, kemudian dihaluskan menggunakan alat ball mill. Material ini memiliki daya serap yang sangat tinggi karena luas permukaannya yang besar, sehingga efektif dalam menyerap zat pewarna berbahaya sebelum limbah dibuang ke lingkungan.

Sebanyak 21 pelaku UMKM batik mengikuti kegiatan yang digelar di SLB Eka Mulia, Kota Batu. Acara ini meliputi sosialisasi pembuatan nano-karbon, demonstrasi penggunaannya, serta diskusi interaktif. Para peserta juga mendapat paket nano-karbon siap pakai yang dapat diterapkan langsung pada proses produksi batik mereka. “Saya baru tahu limbah kelapa bisa dimanfaatkan untuk mengolah limbah pewarna batik,” ungkap salah satu peserta.

Menariknya, kegiatan ini juga melibatkan siswa disabilitas dari SLB Eka Mulia yang ikut membantu dalam proses produksi batik. Kolaborasi ini menunjukkan bahwa pengolahan limbah tidak hanya bermanfaat bagi lingkungan, tetapi juga mampu mendukung pemberdayaan masyarakat secara inklusif.

Menurut ketua pelaksana, Tahta Amrillah, PhD, teknologi nano-karbon ini membantu pengrajin batik untuk menerapkan produksi yang ramah lingkungan, mendukung SDG 12 (konsumsi dan produksi berkelanjutan). Teknologi ini juga berkontribusi pada SDG 6 (air bersih dan sanitasi) serta SDG 13 (penanganan perubahan iklim).

“Program ini tidak hanya memberi solusi teknologi, tetapi juga mengubah perilaku pengrajin agar lebih peduli terhadap lingkungan,” jelas Tahta. Hal serupa disampaikan oleh Mirza Ardella Saputra, PhD, yang menambahkan bahwa tim UNAIR saat ini sedang mengembangkan prototipe pengolahan limbah berbasis nanoteknologi yang dapat dimanfaatkan langsung oleh UMKM batik.

Acara ditutup dengan penyerahan cinderamata oleh Wakil Dekan III FTMM, Prastika Krisma Jiwanti, PhD. Ia berharap program ini dapat berlanjut dan menghasilkan hilirisasi ilmu yang bermanfaat. “Dengan aplikasi nanoteknologi, pengolahan limbah bisa dilakukan secara mandiri oleh masyarakat. Harapannya, industri batik di Kota Batu terus berkembang tanpa mencemari lingkungan, sekaligus memperkuat kontribusi Indonesia dalam pencapaian SDGs,” ujarnya.


Tinggalkan Komentar