4 Siswa SMP Depok Hanyut saat Kegiatan Alam, KPAI Dorong Periksa Sekolahnya - Telusur

4 Siswa SMP Depok Hanyut saat Kegiatan Alam, KPAI Dorong Periksa Sekolahnya

Tim SAR mencari siswa SMP Depok yang hanyut. Foto: Istimewa

telusur.co.id - Sebanyak 4 murid SMP IT Al-Hikmah, Depok, Jawa Barat, hanyut di Curug Kembar, Bogor, saat kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS). Tiga di antaranya ditemukan meninggal dunia, dan satu siswi lainnya masih hilang. 

Komisioner KPAI Retno Listyarti menyatakan, kegiatan di alam terbuka yang diselenggarakan satuan Pendidikan yang berakibat hanyutnya sejumlah peserta didik yang mengikuti kegiatan tersebut sudah berulang terjadi.

Tercatat, 2020 di Sleman dan tahun 2021 di Ciamis. Semuanya menimpa siswa pada jenjang SMP. Kini, pada 13 Oktober 2022 empat orang siswa SMP IT Al-hikmah Depok hanyut di sungai saat mengikuti kegiatan tracking di wilayah Curug Kembar, Cisarua, Kabupaten Bogor. 

"Saya menyampaikan duka cita mendalam kepada seluruh keluarga korban. Semoga ayah dan ibu korban diberikan kekuatan dalam menghadapi musibah ini," kata Retno di Jakarta, Minggu (16/10/22).

KPAI menyayangkan pihak sekolah yang tidak bijak dalam menyelenggarakan kegiatan di alam bebas saat musim hujan, dilakukan di Curug pula dan ada susur sungai.

Padahal, saat hujan lebat, segala kemungkinan bisa terjadi, mulai dari tanah longsor, banjir, sampai kemungkinan banjir bandang di lokasi tersebut. 

Dia mendorong Dinas Pendidikan Kota Depok dan pihak kepolisian, sesuai kewenangannya masing-masing, untuk melakukan pemeriksaan atas kasus wafatnya 4 siswa dalam kegiatan LDKS tersebut. Apakah ada kelalaian yang membuat tewasnya 4 peserta didik. Apakah ada laporan atau ijin Dinas Pendidikan Kota Depok terkait penyelenggarakan kegiatan LDKS di Cisarua ini. 

Selanjutnya, apakah ada ijin orang tua dan apakah orang tua mengetahui bahwa akan ada kegiatan tracking yang melewati sungai pada rundown kegiatan LDKS tersebut? Apakah ada SOP dalam kegiatan ini sehingga Pembina kegiatan dan para guru sudah mempertimbangkan kondisi cuaca. 

Karena jika hujan seharusnya tidak diperkenankan ada kegiatan tracking dan susur sungai, apalagi di wilayah curug, yang merupakan hulu dari sungai. Sebab,saat hujan, debit air bisa tiba-tiba meningkat dan arus membesar, bahkan ada potensi longsor. 

Saat kegiatan juga perlu dipastikan pakaian anak-anak, apakah sesuai untuk tracking. Misalnya celana Panjang, sepatu kets, alat bantu dan pengaman selama kegiatan tracking dan susur sungai. Karena korban kebanyakan perempuan, apakah anak-anak tersebut mengenakan rok panjang sehingga saat hanyut sulit menyelamatkan diri. 

"Penyelidikan penting agar menjadi pembelajaran dan ada efek jera sehingga kedepan setiap kegiatan yang melibatkan anak-anak harus memastikan keselamatan dan perlindungan anak," tegasnya. 

Retno juga mengimbau Dinas Pendidikan untuk membuat surat edaran yang melarang pihak sekolah menyelenggarakan kegiatan di alam terbuka, apalagi di wilayah sungai saat musim hujan seperti sekarang. 

"Kalau pun sedang tidak musim hujan, sekolah wajib memiliki SOP kegiatan di alam terbuka yang aman dan melindungi anak-anak. Selain itu para orangtua wajib memastikan rundown kegiatan untuk memastikan anak-anaknya aman selama berkegiatan," tukasnya.[Fhr


Tinggalkan Komentar