Anggota Komisi V DPRD Provinsi Jawa Barat Prihatin 9,9 juta Gen-Z Menganggur - Telusur

Anggota Komisi V DPRD Provinsi Jawa Barat Prihatin 9,9 juta Gen-Z Menganggur

Mamat Rachmat

telusur.co.id - Salah satu permasalahan yang dialami oleh banyak Generasi Z (Gen Z) di Indonesia adalah sulit mendapatkan pekerjaan. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), sekitar 9,9 juta penduduk Indonesia muda merupakan pengangguran. 

Beberapa faktor yang menyebabkan hampir 10 juta Gen Z di Indonesia menganggur, salah satunya adalah tidak adanya kecocokan antara keahlian (skill) dan kebutuhan pasar kerja. 

Sebagai informasi, BPS mengungkapkan bahwa ada 9,9 juta penduduk Indonesia usia muda tanpa kegiatan atau youth not in education, employment, and training (NEET) pada 2023. Jumlah NEET yang mencapai 22,25 persen dari total penduduk usia 15 hingga 24 tahun ini menjadi indikasi adanya tenaga kerja potensial yang tidak terberdayakan.

Anggota Komisi V DPRD Provinsi Jawa Barat Fraksi Partai NasDem, Mamat Rachmat mengatakan jumlah pengangguran di kalangan Generasi Z (Gen Z) merupakan fenomena yang memprihatinkan kedepannya. Pasalnya, bonus demografi saat ini, Indonesia tengah dihadapkan pada melimpahnya jumlah penduduk usia kerja. 

Melihat kondisi tiga tahun terakhir, jumlah penduduk usia kerja telah meningkat dari yang sebelumnya berjumlah 206,71 juta orang pada Agustus 2021, menjadi 212,59 juta pada Agustus 2023. Dari penduduk usia kerja tersebut, sebanyak 69,48% (147,71 juta orang atau setara dengan 52,87% dari total penduduk) merupakan angkatan kerja, di mana 5,32% (7,86 juta orang) di antaranya tergolong ke dalam kategori pengangguran terbuka.

"Saya rasa fenomena Gen-Z yang menjadi pengangguran ini cukup memprihatinkan, terlepas dari alasan apapun, fenomena ini dikhawatirkan terus berkembang dan menghambat menuju visi Indonesia emas kedepan,” ungkapnya.

Sebagian besar penganggur Gen Z di dominasi oleh laki-laki, dengan dominasi lulusan SMA/SMK yang mengalami kesenjangan keterampilan dibandingkan kebutuhan industri. Meskipun mayoritas Gen Z terlibat dalam aktivitas produktif, sekitar 3,04% berada dalam kategori NEET, yang menghadapi risiko keterpinggiran dari pasar kerja. 

Daerah urban seperti Jawa Barat memiliki tingkat pengangguran tertinggi. Sebagai generasi yang adaftif terhadap teknologi, seharusnya Gen-Z mendapatkan tempat untuk berkembang di dunia kerja.

"Mungkin berbagai aspek yang terjadi di dunia kerja saat ini bisa menjadi pemicu terus bertambahnya pengangguran di kalangan generasi Z. Bisa dari pihak pelamar kerja yang kurang berpengalaman, maupun dari perusahaan yang memiliki qualifikasi yang dirasa cukup tinggi. sehingga bertambahnya fenomena NEET di kalangan generasi Z,” katanya.

Kang Rahmat berharap, akan ada perhatian lebih dari Pemerintah maupun pihak pihak yang dirasa bisa menjadi penekan populasi gen Z yang menganggur di masa mendatang, mengingat misi kedepannya adalah Indonesia Emas 2045. 

"Saya berharap berbagai pihak dapat membantu menekan angka pengangguran, bisa jadi mungkin membuka pelatihan kerja ataupun membuka lapangan kerja yang baru, agar di masa mendatang pengangguran berkurang dan misi menuju Indonesia Emas 2045 dapat terwujudkan,” tutupnya. [ham]


Tinggalkan Komentar