telusur.co.id - Kemendikbudristek telah melakukan upaya percepatan dan peningkatan Bantuan Operasional Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini (BOP PAUD) dan BOP Pendidikan Kesetaraan melalui Merdeka Belajar Episode ke-16: Peningkatan Pendanaan BOP PAUD dan BOP Pendidikan Kesetaraan. Fleksibilitas penggunaan dana BOP juga diberikan untuk memudahkan lembaga pendidikan memenuhi kebutuhan lembaganya sesuai dengan prioritas masing-masing. Di Palembang, Sumatra Selatan, misalnya, ada Kelompok Belajar (KB) yang memanfaatkan dana BOP PAUD untuk menyelenggarakan kegiatan edukasi mengenai stunting melalui penyuluhan kepada orang tua.

Kepala KB Kasih Ibu Jakabaring, Mardalena, mengatakan pada tahun ini satuan pendidikannya berinisiatif mengadakan kegiatan penyuluhan mengenai stunting untuk para wali murid. Hal tersebut diputuskan melalui kesepakatan dalam rapat bersama antara guru-guru dengan orang tua. “Kami setiap bulan ada rapat untuk rencana kegiatan, lalu kami bilang kepada wali murid. Kami tanyakan di rapat. Kebetulan di ARKAS (Aplikasi Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah) juga ada tentang stunting. Kami juga sepakat setelah dibicarakan dengan guru-guru,” ujarnya dalam pertemuan di SKB Kota Palembang, Selasa (6-12-2022).

Mardalena menuturkan, KB Kasih Ibu juga berkoordinasi dan bekerja sama dengan puskesmas untuk menyelenggarakan kegiatan tersebut. Puskesmas pun menyambut baik karena edukasi mengenai stunting juga menjadi program prioritas puskesmas. “Saya rasa mereka (puskesmas) lebih paham tentang stunting. Mereka bisa menjelaskan lebih terperinci daripada kami selaku guru atau tutor. Kami sadar bahwa pemahaman orang tua terhadap stunting itu sangat penting,” tuturnya.

Dari tahap perencanaan, persiapan, hingga penyelenggaraan kegiatan, Mardalena mengikuti panduan penggunaan dana BOP dari Kemendikbudristek. Ia mengatakan, di dalam panduan tersebut sudah tercantum secara teknis cara penggunaan dana BOP untuk menyelenggarakan kegiatan penyuluhan atau edukasi. Dana BOP dapat digunakan untuk membayar honor narasumber, biaya rapat dengan guru-guru untuk persiapan kegiatan, dan biaya transportasi untuk orang tua yang hadir.

“Kami bilang dulu sama puskesmas, butuh berapa narasumber untuk penyuluhan stunting. Lalu ada snack dan uang transport untuk wali murid. Waktu mereka kan sudah terpakai oleh kami. Seharusnya setelah mengantar anak bisa langsung pulang. Jadi kami berikan uang untuk mengganti waktu dan transport agar mereka semangat,” kata Mardalena.

Ia mengatakan, pihaknya tidak kesulitan dalam mengikuti panduan atau petunjuk teknis mengenai penggunaan dana BOP karena semua sudah tercantum di dalamnya. Ia dan guru-guru di KB Kasih Ibu pun tinggal mengikuti panduan tersebut dan sadar bahwa mereka tidak bisa sembarangan dalam menggunakan dana BOP. Semua harus sesuai dengan peraturan. “Semuanya sudah diatur dalam panduan BOP tadi. Tidak bisa menurut pandangan kami saja. Jadi laporan kami ke dinas pendidikan dan BOP Salurnya juga tidak ada masalah,” ujarnya.

Menurut Mardalena, kegiatan edukasi mengenai stunting direspons dengan baik oleh para wali murid. Hal tersebut terlihat dari semangat mereka saat mengikuti kegiatan dan bertanya kapan lagi bisa diselenggarakan kegiatan serupa.

Mardalena menambahkan, selain untuk kegiatan penyuluhan stunting, KB Kasih Ibu juga menggunakan dana BOP untuk membayar honor guru dan membuat Pojok Baca untuk anak-anak. “Alhamdulillah guru-guru terbantu, jadi mereka sedikit senang, ada tambahan. Kemudian selain Pojok Baca, anak-anak juga kami berikan buku paket untuk belajar,” katanya.[]
Di SIPLah, informasi mengenai durasi pengiriman yang dibutuhkan sekolah juga tercantum. Sekolah dapat memilih mitra pengiriman dan durasi kecepatan pengiriman yang paling sesuai dengan kebutuhan sekolah. “Kami bisa menentukan kapan barang harus sampai, kapan waktu harus bayar, itu kami tentukan sendiri. Ke depan kami akan tetap memakai SIPLah karena itu salah satu sistem atau cara yang saat ini dan ke depannya cocok bagi sekolah kami,” ujar Sudiro.

Dalam kesempatan yang sama, hal senada juga diungkapkan oleh operator SIPLah di SMA Negeri Sumatera Selatan, Farida Hasmi. Menurutnya, SIPLah sangat efisien, efektif, dan memberikan kemudahan. Ia hanya perlu membuka aplikasi dan bisa  berbelanja dari toko mana pun di Indonesia, bahkan bisa mengecek sudah sampai di mana proses pemesanannya. Dari segi pembayaran pun lebih mudah menggunakan SIPLah. “Tidak ribet antre di bank. Jadi belanja bisa di sekolah, pembayarannya pun cukup di sekolah, sudah terbayarkan. Dari ARKAS juga tinggal input dan sudah selesai pekerjaan sampai pelaporan,” kata Farida.

Kepsek SMAN Sumatera Selatan, Iswan Djati Kusuma mengatakan, sebagai kepala sekolah ia merasa bebannya berkurang setelah sekolah menggunakan SIPLah untuk pembelanjaan. “SIPLah memberikan tidur yang nyenyak kepada saya sebagai kepala sekolah. Ini tahun yang ke-12 saya jadi kepala sekolah. Sebelumnya selama sepuluh tahun saya jadi kepala sekolah di daerah. Di daerah kami sudah mengenal SIPLah sejak lama, tapi tidak bisa belanja karena keterbatasan internet. Sekarang di sekolah ini kami sudah menggunakan SIPLah untuk semua kegiatan, terutama belanja modal. Saya benar-benar terbantu dari sisi psikologi,” tutur Iswan.

Di Sekolah Menengah Kejuruan Pusat Keunggulan (SMK PK), SIPLah dapat digunakan untuk belanja peralatan praktik siswa SMK. Operator SIPLah di SMK Taman Siswa 1 Palembang, Nafsiyah, mengungkapkan bahwa semua pembelanjaan alat praktik di sekolahnya dilakukan melalui SIPLah. “Jadi belanja peralatan praktik siswa dikhususkan untuk belanja di SIPLah. Misalnya untuk jurusan Perkantoran, mulai dari komputer sampai alat perkantoran lain seperti telepon dan lain-lain itu belanjanya di SIPLah semua. Peralatan yang ada di ruang praktik juga seluruhnya menggunakan pembelanjaan di SIPLah,” ujar Nafsiyah. Ia menambahkan, untuk kebutuhan alat di jurusan lain, tiap jurusan bisa melakukan kolaborasi. Misalnya jurusan Akuntansi bisa menggunakan peralatan yang sama dengan jurusan Perkantoran. Alat-alat tersebut tersedia di dalam satu ruang praktik yang bisa digunakan bersama.

Menurut Nafsiyah, SIPLah memiliki banyak kelebihan dan memberikan kemudahan bagi pengelola keuangan di bagian tata usaha sekolah. “Kami tidak was-was lagi karena kami transfer uangnya setelah barangnya datang dan sudah kami cek kondisinya. Kalau bagus dan sesuai, baru kami transfer uangnya. Dari transfer uang itu kami bisa terima faktur pajaknya, terus invoice-nya sudah ada sebelum kami bayar, termasuk surat SPK-nya juga sudah ada. Pokoknya udah lengkap. Kami bisa langsung print out ketika batas waktu akhir laporan, jadi kami tidak ribet lagi, hanya tinggal nge-print saja,” katanya.

SIPLah adalah sistem elektronik yang dapat digunakan sekolah untuk melaksanakan proses pengadaan barang dan jasa secara daring yang dananya bersumber dari dana BOS. Melalui SIPLah, sekolah semakin dapat berbelanja dengan aman sebab alur pembelanjaan dijamin sesuai dengan peraturan yang berlaku. Selain itu, akan lebih banyak pilihan mitra pasar dan penyedia; lebih banyak pilihan mitra pengiriman; fitur-fitur yang tersedia lebih lengkap terdiri dari pembatalan transaksi, aduan, serta dasbor pemantauan status transaksi untuk menghindari kesalahan maupun penipuan.