Telusur.co.id - Belakangan ini, beberapa media massa ramai-ramai memainkan kedekatan antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan Ketua Umum PPP, Romahurmuziy (Romi).
Bahkan yang terbaru, banyak disebar dan diposting di media sosial, juga media massa, foto antara Jokowi, Romi, dan Ketua MUI, KH Ma’ruf Amin di dalam Pesawat milik TNI Angkatan Udara CN 235 buatan PT. Dirgantara Indonesia.
Banyak pihak beranggapan atau berfikir singkat jika melihat foto itu, banyak yang berasumsi Romi bakal menjadi pendamping Jokowi di Pilpres 2019. Wajar, sebab dalam foto itu figur Rois Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Kiai Ma’ruf.
Namun anggapan itu seketika patah saat sang Kiai, menyatakan kalau Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar lebih potensial jika dibanding dengan Ketua Umum PPP, Gus Romi.
Hal itu sebagaimana disampaikan Kiai Ma’ruf saat Tasyakuran, dan peluncuran buku Biografi, tiga hari lalu. Bahkan tanpa sungkan-sungkan, di hadapan Muhaimin dan Romi yang saat itu hadir, Kiai Ma’ruf menyebut Muhaimin lebih potensial dan berani dibanding Romi.
“Saya bilang ke Pak Jokowi, Pak Muhaimin lebih berani daripada Pak Romi,” kata Ma’ruf Amin seperti diberitakan telusur.co.id, Kamis (15/3/18).
Jika dilihat antara foto dan fakta jelas tidak linier. Dimana dalam foto terlihat dekat dan akrab, namun tidak dalam hati.
Terkait itu, Peneliti Indonesian Public Institute (IPI), Karyono Wibowo saat dihubungi telusur.co.id, Jumat pagi (16/3/18), menilai wajar bila Kiai Ma’ruf lebih condong ke Muhaiman. Karena Muhaimin lebih kuat pengaruhnya di kalangan kiai.
“Cak Imin merupakan keturuman darah biru di NU. Dia adalah Ketua Umum partai yang lebih representatif di kalangan nahdliyin,” kata Karyono.
Namun untuk saat ini, baik Imin dan Romi masih kurang dari segi elektabilitas untuk posisi capres maupun cawapres. Keduanya, masih sangat minim jika bandingkan tokoh lain.
“Kalau dibanding Gatot Nurmantyo, Moeldoko, AHY, Anies Baswedan, Ridwan Kamil dan Tri Rismaharini, baik Muhaimin dan Romi belum cukup signifikan menyumbang suara untuk Jokowi,” kata dia.
Sementara Jokowi, kata dia, masih perlu tambahan dukungan suara. Sebab, jika pasangan Jokowi kurang signifikan elektabilitasnya, justru akan menjadi beban politik Jokowi.
“Sebab kompetitor Jokowi seperti Prabowo dan Anies cukup kuat,” kata dia. [ipk]