telusur.co.id -Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Perkebunan yang didukung Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit mengupayakan percepatan sertifikasi perkebunan kelapa sawit berkelanjutan (ISPO) bagi pelaku usaha perkebunan kelapa sawit.
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Perkebunan, Heru Tri Widarto saat meninjau stand Klinik Perkebunan di Bunex 2024 baru-baru ini menyatakan, industri kelapa sawit memberikan kontribusi yang sangat besar.
"Hal tersebut menjadi tantangan dalam pemenuhan standar ISPO yang menjadi perhatian dunia dalam aspek keberlanjutan yang tentu sangat mempengaruhi daya saing sawit Indonesia di dunia Internasional," kata dia dalam keterangan tertulisnya, Minggu (22/9/2024).
Pada kesempatan mengunjungi Klinik Perkebunan, salah satu pengunjung stand, Eka Yulianti dari Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat berkonsultasi terkait upaya percepatan penerapan ISPO melalui pendekatan yurisdiksi yang dilakukan Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian.
Ketua Tim Kerja Penerapan dan Pengawasan Mutu, Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Ratna Sariati Manalu mengatakan bahwa penyederhanaan komponen dari ISPO dilakukan tanpa mengganggu keberlanjutan kelapa sawit menjadi salah satu solusi untuk mendorong para pelaku usaha untuk mengikuti sertifikasi ISPO.
"Sertifikasi ISPO dapat dilaksanakan dengan pendekatan yurisdiksi dengan menggunakan metode Surat Tanda Daftar Budidaya (STDB), dan teknik pengambilan datanya," jelas Ratna Sariati Manalu.
Sementara itu, pengunjung Klinik Perkebunan lainnya, Alwan dari Forum Petani Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (Fortasbi) menyampaikan bahwa pelaku usaha sangat membutuhkan komitmen dari pemerintah daerah dalam mendukung sertifikasi ISPO.
Harapannya supaya ada panduan dalam pelaksanaan mengikuti sertifikasi ISPO, dengan menggunakan pendekatan yurisdiksi.
Ratna menjelaskan percepatan sertifikasi ISPO melalui pendekatan yurisdiksi, Indonesia dapat memperkuat posisinya sebagai produsen minyak sawit yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, serta memenuhi target pembangunan hijau nasional dan internasional.
Gelaran Bunex 2024 di hari kedua, menunjukkan Klinik Perkebunan masih menjadi daya tarik bagi pengunjung pameran, sekitar 187 pengunjung yang mendatangi Klinik Perkebunan.
Pengunjung yang datang berasal dari berbagai kalangan dan profesi antara lain Pejabat Pemerintah Daerah, Praktisi, Pelaku Usaha, Asosiasi, Pelajar, Mahasiswa dan masyarakat umum lainnya yang datang untuk berkonsultasi, mencari informasi guna menambah wawasan dan pengetahuan seputar komoditas perkebunan.
Dengan adanya Klinik Perkebunan pada Bunex 2024 harapannya dapat memberikan layanan informasi yang bertujuan untuk mengedukasi masyarakat pada umumnya dan stakeholder perkebunan khususnya dapat terwujud.