telusur.co.id - Rusia akan segera memberikan skuadron lengkap jet tempur Sukhoi Su-35 kepada Republik Islam Iran. Hal itu merupakan sebuah perkembangan yang kemungkinan akan semakin membuat marah Barat ketika Teheran dan Moskow memperdalam kerja sama pertahanan dan ekonomi mereka yang bertentangan dengan sanksi dan tindakan koersif.
Dilaporkan Presstv, Rabu (28/12/22) mengutip pakar militer, mengatakan 24 unit pesawat bermesin ganda dan super-manuver, jet tempur generasi keempat yang dirancang terutama untuk peran superioritas udara, akan dipasok ke Iran dalam waktu dekat.
Dipercaya bahwa Pangkalan Udara Taktis (TAB) 8 Angkatan Udara Republik Islam Iran (IRIAF) di kota Isfahan, Iran tengah, akan menampung beberapa pesawat tempur.
United Aircraft Corporation (UAC) Rusia mengatakan, jet tempur Sukhoi Su-35 “menggabungkan kualitas pesawat tempur modern (kemampuan manuver super, alat bantu akuisisi aktif dan pasif yang unggul, kecepatan supersonik tinggi dan jarak jauh, kemampuan mengelola aksi kelompok pertempuran, dll. .) dan pesawat taktis yang bagus (berbagai senjata yang dapat dibawa, sistem peperangan elektronik multi-saluran modern, tanda radar yang dikurangi, dan kemampuan bertahan tempur yang tinggi).”
Iran belum memperoleh pesawat tempur baru dalam beberapa tahun terakhir, tidak termasuk beberapa pesawat tempur MiG-29 Fulcrum Rusia yang dibeli pada 1990-an.
Selain MiG-29, IRIAF terutama menggunakan pesawat F-4 Phantom II, F-14 Tomcat, dan F-5E/F Tiger II yang dimodifikasi secara lokal dari tahun 1970-an yang diterima rezim Pahlavi yang didukung AS sebelum Revolusi Islam 1979.
Iran dan Rusia telah menandatangani kesepakatan besar dalam beberapa bulan terakhir untuk meningkatkan kerja sama ekonomi, perdagangan, energi, dan militer mereka.
Iran berada di bawah rezim inklusif sanksi Amerika pada 2018 setelah Washington secara sepihak menarik diri dari kesepakatan nuklir 2015, yang secara resmi dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA).
Amerika Serikat dan sekutunya memberlakukan sanksi serupa dan bahkan lebih keras terhadap Rusia pada Februari setelah Moskow melancarkan operasi militer di Ukraina.
Para ahli mengatakan sanksi AS gagal mencapai tujuan akhir mereka untuk memaksa Iran melakukan konsesi politik dan militer besar. Mereka bersikeras bahwa larangan tersebut bahkan menciptakan peluang bagi Iran untuk mendiversifikasi ekonominya dari pendapatan minyak mentah dan lebih mengandalkan sumber daya domestiknya.
Awal tahun ini, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan selama forum ekonomi di Vladivostok bahwa Rusia memperoleh keuntungan dari sanksi Barat. Menurutnya, Moskow melihat lebih banyak peluang untuk memasuki pasar di Timur Tengah dan Iran setelah sanksi diberlakukan. [Tp]