telusur.co.id -SURABAYA - Menjelang momen hari raya idul adha, masyarakat berbondong-bondong mencari hewan ternak yang dikurbankan pada momen idul adha. Kualitas dan kesehatan hewan ternak menjadi salah satu fokus masyarakat dalam memilih hewan kurban. Menanggapi topik ini, dosen Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga (UNAIR) Dr. Emy Koestanti Sabdoningrum, drh., M.Kes menyampaikan pentingnya pemilihan ternak khususnya sapi, kambing, domba yang sehat dan berkualitas.

Ia menyebutkan bahwa pemilihan hewan kurban haruslah cukup umur dan sudah dewasa kelamin. Pada sapi sekitar 2 tahun dan kambing atau domba sekitar 1 tahun yang bisa dilihat dari dua gigi depannya sudah berganti.

“Jenis kelamin hewan kurban harus jantan dan tidak boleh dikastrasi atau pengambilan testis yang pada peternakan tertentu dilakukan agar hewan ternak cepat gemuk. Hal ini tentunya menjadi perhatian khusus karena ternak yang sudah mengalami kastrasi dapat dianggap cacat sehingga tidak sesuai dengan ketentuan hewan kurban yang tidak cacat,” ungkapnya.

Ciri Fisik dan Perilaku

Perlu perhatian khusus pada ciri fisik hewan kurban yang baik. Di antaranya keempat kakinya dapat menapak secara kuat di tanah, nafsu makan baik, gerakan lincah, mata bersinar, bulu bersih, dan suhu tubuh normal. Ciri fisik yang baik dapat menunjukkan kondisi kesehatan hewan kurban yang prima.

“Tanduk patah dianggap cacat ringan dan tidak mempengaruhi kesahihan kurban. Namun, jika patahnya sampai mengurangi daging atau mengganggu kondisi hewan, maka kurban tidak sah. Ear tag pada hewan kurban tidak dianggap cacat dan tidak menghalangi keabsahan hewan kurban melainkan penanda identitas atau vaksinasi pada hewan kurban diperbolehkan,” ungkapnya.

Secara medis, perlu dilakukan pemeriksaan antemortem (pemeriksaan sebelum disembelih) untuk memastikan hewan ternak bebas dari penyakit seperti PMK (Penyakit Mulut dan Kuku). Ternak yang mengeluarkan air liur berlebih serta adanya lendir pada hidungnya perlu diwaspadai. Mata hewan ternak harus jernih dan cerah, apabila telah sesuai standar maka hewan ternak dinyatakan layak disembelih.

“Secara perilaku, hewan ternak harus cepat tanggap seperti apabila dipegang akan menunjukkan respon terhadap lingkungan. Namun secara umum sebagai konsumen harus jeli dan paham karakteristik hewan kurban seperti pada jenis sapi tertentu akan terlihat lebih temperamen apabila mendapat sentuhan seperti pada jenis sapi madura,” ungkapnya.

Keamanan Daging

Dr Emy menambahkan bahwa, dalam menanggapi isu adanya cacing parasit dan risiko penularannya pada manusia melalui konsumsi hewan kurban, maka konsumen harus jeli pada saat melakukan pemeriksaan antemortem. Hewan kurban yang terlihat lemas dan lesu serta saat disentuh bulu ternak menempel pada tangan dapat menjadi indikasi ternak terinfeksi parasit cacing.

“Setelah disembelih apabila terdapat cacing yang ditemukan pada hewan ternak maka perlu menghubungi dokter hewan atau pengawas. Sehingga jika ditemukan kasus seperti itu dapat dicegah dan mengurangi risiko penularan cacing pada manusia melalui konsumsi daging kurban khususnya jeroan atau organ dalam. Masyarakat dihimbau untuk melaksanakan penyembelihan secara ASUH (Aman Sehat Utuh dan Halal),” tandasnya. (ari)