Elektabilitas Jokowi Naik, Prabowo Turun - Telusur

Elektabilitas Jokowi Naik, Prabowo Turun


Telusur.co.id - Media Survei Nasional (Median) melakukan survei terkait elektabiltas calon presiden dan wakil presiden 2019.

Hasilnya, elektabilitas Presiden Joko Widodo tetap unggul dibanding Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto.

Direktur Riset Median, Sudarto mengatakan, hasil survei ini menyebutkan, elektabilitas Jokowi sebagai petahana mengalami penaikan diangka (36,2 persen) dibanding Februari 2018 (35,0 persen) sedangkan Prabowo sebagai rivalnya turun dari 21,2 persen menjadi 20,4 persen.

Sementara, Gatot Nurmantyo (7,0 persen), Jusuf Kalla (4,3) persen dan Anies Baswedan (2,0 persen). Menyusul, Muhaimin Iskandar (1,9 persen), Agus Harimurti Yudhoyono (1,8 persen), Anis Matta (1,7 persen), Hary Tanoe (1,6 persen), TGB M Zainul Majdi (1,5 persen), dan Yusril Ihza Mahendra (1 persen).

“Survei dimulai dengan mengukur elektabilitas tokoh yang paling tepat menjadi capres,” kata Sudarto, saat merilis hasil survei di Kawasan Cikini, Jakarta, Senin (16/4/18).

Sudarto menyebutkan, penyebab elektabilitas Jokowi mengalami penaikan karena angka kepuasan masyarakat terhadap kinerja pemerintah cukup tinggi. Uatamanya efek terhadap beberapa infrastruktur yang sudah selesai dibangun.

“Ini karena banyak infrastruktur yang sudah selesai dan dirasakan masyarakat,” kata dia.

Sudarto memperkirakan, bila pembangunan infrastruktur makin banyak yang selesai mendekati 2019, maka kemungkinan elektabilitas bekas Wali Kota Solo itu juga semakin tak tertandingi.

Sedangkan, penyebab elektabilitas Prabowo mengalami penurunan karena berbagai komentar kontroversialnya di publik.

Sebagai contoh, kata Sudarto, pernyataan bekas Danjen Kopassus itu yang menyebut Indonesian bisa bubar pada tahun 2030.

“Ada juga penyebannya karena Prabowo tak kunjung mendeklarasikan diri sebagai capres,” kata dia.

Populasi survei ini ialah seluruh warga Indonesia yang memiliki hak pilih. Sampelnya sebanyak 1200 responden.

Margin of error Survei ialah plus minus sekitar 2,9 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Artinya, ada peluang angka survei meleset lebih besar atau kecil sampai 2,9 persen.

Survei digelar per 24 Maret- 6 April 2018, sampel dipilih secara random dengan teknik Multisatge Random Sampling dan proporsional atas populasi provinsi dan gender. Sudarto menegaskan survei dibiayai secara mandiri. [ipk]

Laporan: Tio Pirnando


Tinggalkan Komentar