telusur.co.id - Kelompok perlawanan Palestina, Hamas, menolak proposal gencatan senjata terbaru yang diajukan oleh utusan Amerika Serikat untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, dengan alasan bahwa isi proposal tersebut merupakan “pembalikan total” dari kesepakatan awal yang pernah dibahas.
Proposal terbaru itu hanya menawarkan gencatan senjata selama tujuh hari, yang menurut Hamas tidak memenuhi tuntutan utama rakyat Palestina, termasuk penghentian permanen agresi militer Israel di Gaza.
"Versi Baru yang Menguntungkan Pendudukan"
Analis urusan perlawanan Hani al-Dali, seperti dilansir Al Mayadeen, mengatakan bahwa usulan Witkoff sebenarnya bukan hasil kompromi, melainkan hasil modifikasi oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang mengabaikan struktur kesepakatan awal.
“Ini bukan revisi, tapi penghapusan dan penggantian kesepakatan sebelumnya demi kepentingan pendudukan,” tegas al-Dali.
Ia juga membantah laporan yang menyebut Hamas telah menerima usulan tersebut, menyebut informasi itu "tidak akurat".
Isi Proposal Dinilai Cacat Substansi
Menurut sumber yang mengetahui isi dokumen, proposal hanya menawarkan gencatan senjata selama 7 hari untuk membahas pertukaran tawanan, di mana 10 tawanan Israel akan dibebaskan secara bertahap. Sebagai gantinya, beberapa tahanan Palestina akan dibebaskan, di bawah pengawasan internasional.
Namun, Al-Dali memperingatkan bahwa inti dari proposal tersebut adalah pemaksaan penyerahan diri dari Hamas, bukan upaya membangun perdamaian sejati.
“Israel berusaha menggunakan jeda singkat ini untuk mengatur ulang strateginya, bukan untuk mengakhiri perang,” katanya.
Hamas: "Usulan AS Upaya Memperpanjang Penderitaan"
Dalam pernyataan terpisah di akun Facebook resminya, Bassem Naim, anggota biro politik Hamas, menuding respons Israel terhadap proposal itu sebagai taktik untuk melanggengkan pendudukan dan penderitaan rakyat Gaza.
“Bahkan selama gencatan senjata pun, Israel tetap membunuh dan menyebabkan kelaparan. Ini bukan solusi, ini strategi perpanjangan penderitaan,” ungkap Naim.
Meski menolak secara substansi, Naim menegaskan bahwa Hamas tetap meninjau dokumen secara bertanggung jawab dengan semangat menjaga kepentingan rakyat Palestina.
Kebingungan Media dan Klarifikasi Hamas
Berbagai media sempat melaporkan bahwa Dr. Khalil al-Hayya, pejabat senior Hamas, akan menggelar konferensi pers pada Kamis malam. Namun kabar itu dibantah langsung oleh pejabat Hamas. Tidak ada pernyataan publik dijadwalkan malam itu.
Usulan Alternatif: Gencatan 70 Hari dan Pertukaran Tawanan Bertahap
Sebelumnya, Hamas disebut telah menerima kerangka awal usulan gencatan senjata yang diajukan Witkoff dan dimediasi oleh pihak internasional, termasuk mediator Palestina-Amerika Bishara Bahbah. Kerangka tersebut menawarkan gencatan senjata selama 70 hari—kompromi dari permintaan awal Hamas selama 90 hari.
Dalam periode itu, rencana pertukaran tawanan akan dilaksanakan dalam dua tahap: lima warga Israel hidup dan lima meninggal, sebagai bagian dari negosiasi yang lebih luas untuk menghentikan perang secara permanen.
Reaksi Israel dan Optimisme AS
Media Israel mengutip pejabat pemerintah yang menyatakan bahwa Tel Aviv telah menerima proposal Witkoff. Ini membuka kemungkinan terobosan, setelah berbulan-bulan negosiasi yang buntu.
Witkoff menyebut dokumen tersebut sebagai “solusi komprehensif” untuk konflik Gaza, dengan dukungan penuh dari Washington. Bahkan mantan Presiden Donald Trump menyatakan bahwa AS berhasil “menangani Gaza” dan mendesak semua pihak untuk menyetujui dokumen tersebut.
Rencana Politik di Balik Gencatan Senjata
Selain fokus pada penghentian permusuhan, usulan Witkoff juga memuat agenda jangka panjang:
-
Negosiasi formal selama gencatan senjata
-
Pembentukan pemerintahan teknokratis pascaperang
-
Jaminan dari Hamas untuk tidak mengancam Israel di masa mendatang.
Sumber: almayadeen