telusur.co.id - Oleh : Jacob Ereste
Khayalan untuk ikut perayaan 17 Agustus 2024 di Ibu Kota Nusantara (IKN) pun sempat membersit di ujung harapan dalam kondisi ekonomi yang semakin sulit sekarang ini. Sekedar untuk hidup normal saja, sudah terasa tidak alang kepalang beratnya. Belum lagi dibentur oleh berbagai usaha dan upaya yang macet, akibat tekanan ekonomi yang terus memburuk.
Sejumlah pekerja pabrik yang ingin konsultasi sekedar untuk mengetahui rencana PHK yang terus dilakukan berbagai perusahaan jadi terpaksa dibatasi, sebab bidang pekerjaan ini tak bisa diharapkan menjadi sumber penghidupan yang layak dan pantas.
Masalahnya, bukan saja nilai jasa dari pekerjaan serupa itu sangat amat tidak memadai, tapi idealnya memang masih banyak pekerjaan lain yang dapat dipilih, meskipun tidak lebih terhormat dari status konsultan yang cuma duduk manis di kantor.
Untuk tetap berupaya mewujudkan angan-angan ikut merayakan hari Kemerdekaan Bangsa Indonesia pada 17 Agustus 2024 di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, upaya menyisihkan duit untuk ongkos ke IKN tetap terus dilakukan.
Meski dari uang yang sudah sempat terkumpul itu kembali disedot oleh kebutuhan sehari-hari yang selalu kelimpungan untuk diatasi. Ya, maklum saja kondisi ekonomi nasional memang sedang terhimpit, entah oleh apa dan siapa yang menyebabkannya jadi begitu. Sebab yang ku paham, para ekonom pun terkesan lebih bingung dari kebanyakan orang awam seperti awak ini.
Tapi khayalan untuk tetap ikut merayakan hari kemerdekaan bangsa Indonesia yang ke-79 pada tahun ini terlanjur diniatkan, tanpa perlu menimbang kembali kondisi dan situasi ekonomi yang semakin berat menindih hidup, hingga seperti kerakap di atas batu. "Mati tak mau, hidup pun tak maju-maju", kata rekan penyair yang terkenal religius yang taat beribadah, hingga terkesan tidak pernah luput dari berzikir dan bertahmid.
Sebagai kawan yang sudah nyaris seperti saudara sendiri, dia pun memberi harapan padaku untuk ikut menemani datang ke IKN jauh sebelum hari perayaan kemerdekaan itu dilaksanakan. Supaya bisa menjadi saksi hidup pada hari yang bersejarah itu kelak.
Karena menurut firasat dan sinyal spiritual yang dia miliki, peristiwa itu kelak akan menjadi awal dari titik balik sejarah bangsa Indonesia yang tidak pernah diduga oleh satu orang pun di negeri yang serba unik dan pelik ini.
Begitulah janji kawan penyair yang cukup aneh ini. Sebab dalam kondisi dan situasi yang sulit, dia sekalu tampil tegar dan segar, seperti tak pernah menghadapi masalah apapun. Kendati dalam penampakan ekonomi dia selalu tampil sederhana, namun tak pernah kedapatan dalam keadaan yang susah. Padahal, hobinya pun tak kalah mahal ongkosnya dibanding biaya untuk naik gunung ke Himalaya, misalnya.
Atas, dasar itulah aku percaya dia adalah pelaku dan penikmat spiritual yang sejati. Sebab yang aku paham, dia paling suka melakukan wisata spiritual dengan mengunjungi dan berdo'a di semua makam leluhur yang ada di Nusantara.
Dan IKN yang menggunakan nana dan sebutan Nusantara, baginya memiliki konsekuensi logis yang harus dia dipertanggung jawabkan juga. Karena itu pula, aku semakin tak sabar untuk terus membayangkan, pada perayaan 17 Agustus 2024, berada di tengah para hadirin yang menyimpan rasa takjub seperti misteri yang susah untuk dikatakan.
*Penulis adalah Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa.