Honocoroko Sebagai Intisari dari Kitab Sastro Jendro Hayuningrat Pangruwating Dayu, Penjabaran dari Nilai Nilai Pancasila - Telusur

Honocoroko Sebagai Intisari dari Kitab Sastro Jendro Hayuningrat Pangruwating Dayu, Penjabaran dari Nilai Nilai Pancasila

Ilustrasi. Foto: Ist

telusur.co.id -

Oleh. : Agus Widjajanto, Praktisi Hukum dan Pemerhati Sosial Budaya. 

Sastro Jendro Hayuningrat Pangruwating Dayu , yang lebih populer disebut Kitab " Sastro Jendro Hayuningrat " adalah sebuah karya sastra atau ajaran suci lewat sastra , menyangkut ilmu kaweruh batin , yang bersumber dari ajaran ajaran Agama , yang disamarkan dalam kisah pewayangan untuk menuntun pada laku spiritual dalam dimensi spiritual Jawa , yang membabar atau membuka rahasia rahasia alam semesta , untuk menuntun kepada sifat berbudi luhur , menghancur sifat angkara, sifat Anasir Anasir negatif , agar mencapai kesempurnaan hidup, sedulur papat limo pancer Soko guru dari puncak spiritual Jawa, dimana sebagai wakil Tuhan dimuka bumi, manusia dilahirkan agar bisa , mempunyai wawasan dan pemikiran yang luas ( Den Ajembar ) , dengan demikian agar bisa dicapai untuk bisa menampung berbagai masukan aspirasi baik dari kalangan bawah , kalangan menengah dan kalangan atas, untuk bisa mengambil kebijakan ( Den Momot ) , dan harus menghilangkan ego pribadi atau kepentingan pribadi ( Lawan den wengku) , agar mencapai kesempurnaan sebagai manusia sejati , yang mempunyai pandangan , ilmu , wawasan , hati nurani , kebijaksanaan seluas samudera raya ( Den Koyo Segoro ) sebagai seorang manusia sejati /Pemimpin .

Dalam tradisi sastra Jawa kuno istilah Sastro Jendro Hayuningrat dikenal dalam teks uttarakanda Jawa kuno , Tek Uttara kanda adalah gubahan dari Tek uttarakanda sansekerta pada akhir abad ke sepuluh Masehi , dimana Tek uttarakanda berisi kisah tentang Rahwana atau kelahirannya , dimana Raja Sumali yang ingin mengawinkan putri nya yang berwajah raksasa yang bernama Dewi sukesi yang berharap dapat menantu berwajah tampan seperti dewa, yang mana pada saat jaman kerajaan Majapahit tahun 1379 Masehi , kisah tersebut digubah kembali oleh Mpu Tantular menjadi Epos Kakawin arjunawiwaha. 

Serat kitab Sastro Jendro Hayuningrat Pangruwating Dayu sendiri , adalah ajaran yang selama ini dirahasiakan hanya pada kalangan terbatas , dari bangsawan Jawa , karena dianggap yang membabar ilmu rahasia , yang tidak hanya mengajarkan tentang olah batiniah , tapi juga tentang ilmu ilmu kanuragan kesaktian , yang dimiliki raja raja jaman dulu. 

Bahwa makna atau kaweruh dari kitab Sastro Jendro Hayuningrat sendiri sebenarnya adalah penjabaran dari huruf huruf dalam abjad honocoroko , yang diciptakan pada tahun satu saka, tentang asal usul terjadi nya manusia , menurut persepsi dari kebatinan Jawa. Yang ditulis dalam bentuk sastra Jawa, dengan bahasa sansekerta dan huruf Pallawa. 

Bahwa Filosofi dari aksara Jawa Honocoroko itu sendiri juga merupakan intisari dari nilai nilai Pancasila , yang digali oleh para pendiri bangsa Bung Karno , yang saat itu dipidatokan dalam sidang BPUPKI pada tanggal 1 Juni yang diperingati sebagai lahir nya Pancasila, yang pada pemerintahan Orde Baru , diadopsi lagi dan dijadikan rujukan untuk dilakukan pembelajaran tentang penguatan nilai nilai Pancasila yang dikenal dengan Eka Prasetya Pancakarsa (P4). 

Konsep Dasar kepercayaan Jawa atau Javanisme adalah keyakinan bahwa segala sesuatu yang ada di Dunia ini pada hakekatnya adalah satu kesatuan hidup. Javanisme Memandang kehidupan manusia selalu terpaut erat dalam Kosmos , dengan demikian perjalanan kehidupan manusia merupakan suatu perjalanan yang penuh dengan pengalaman pengalaman religius.

Dalam mencari eksistensi jati dirinya sebagai mahluk Hamba Tuhan maka, Daya upaya dilakukan melalui pengembaraan yang tidak pernah berhenti untuk mencari hakekat hidup dan kehidupan itu sendiri yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan Hukum Alam ( Sunatullah ) , hingga timbul pertanyaan dari mana kita berasal dan setelah itu mau kemana dan kembali kemana ( Sangkan Paraning Dumadi ) , maka dikarenakan Wujud sang Pengeran / pangeran yang berarti Tuhan yang tidak berwujud sebagai tempat bernaung dan berlindung , yang tidak bisa ditembus dan dijangkau dengan pikiran serta panca Indra kita , maka sebagai wujud ekpresinya untuk menggambarkan itu semua maka ada istilah *Tan Keno Kinoyo Ngopo* 

Pengetahuan tentang konsep ketuhanan salah satunya disimbulkan kedalam Aksara Jawa, Aksara yang sejatinya untuk media menulis orang Jawa, digunakan sebagai simbol pengetahuan konsep Ketuhanan . Simbol tersebut terdapat dalam tiap huruf aksara Jawa Ha Na Ca To Ko , Da Tha Sha Wa La, , Pa Da Jo Yo Nyo, Ma Ga Ba Ta NGO.

Bahwa setiap huruf mengandung arti makna berbeda dan berkaitan antara satu dengan yang lain , yang semuanya berjumlah 20 Huruf aksara Jawa yang merupakan pengembangan dari huruf Palawa, yang setiap huruf nya punya muatan yang berkaitan dengan Sifat Religius dalam Konsep Ketuhanan , yang dalam keseharian dijabarkan dalam entitas olah ROSO bagi orang Jawa yang menekankan sisi Spiritualitas yakni dengan laku spiritual . 

Dalam beberapa babad atau cerita diciptakan nya Aksara Jawa pada tahun satu Saka, penciptanya adalah Aji Saja dari tanah Hindustan India yang mengembara ke Tanah Jawa pada abad ke Dua Masehi, dengan demikian Aji Saka merupakan figur yang menyebarkan agama Hindu pertama di Tanah Jawa , maka tidak heran di Jawa banyak tempat tempat yang diadopsi dari tanah Hindustan di India misalnya gunung Muria, dan Gunung Semeru yang identik dengan gunung Mahemeru yang disesuaikan dengan lidah orang Jawa, kisah Aji Saka sampai saat ini tumbuh subur di Jawa dan kisah Aji Saka menjadi inspirasi kehidupan batin orang Jawa, sebagai pusaka jati diri, ibarat Pusaka adalah Curigo , sedang kan warongko nya bisa bernama apa saja , sebagai pakaian penutup aurat dan memperindah bentuk . 

Aksara Jawa Ha Na Ca Ra Ko mewakili spiritualitas orang Jawa yang paling dalam yang merindukan Harmoni , yang tidak suka atas terpecah belah nya Anak Bangsa. 

Arti dan makna dari huruf Aksara Jawa tersebut adalah : 

Ha Na Ca Ra Ka, yang berarti *utusan* yakni utusan Hidup berupa nafas yang berkewajiban menyatukan jiwa dengan jasad badan kasar manusia. Ada yang dipercaya untuk bekerja. Yang ketiga unsur nya adalah Tuhan, Manusia, dan kewajiban Manusia sebagai Hamba Tuhan. 

Da Ta Sa Wa La yang berarti manusia setelah diciptakan sampai dengan saat meninggal tidak boleh SaWaLa atau mengelak sebagai manusia, harus bersedia melaksanakan , menerima takdir, dan menjalankan kehendak nya 

Pa DHA Ja Ya Nya, yang berarti menyatunya Zat Pemberi Hidup ( Tuhan ) dengan yang diberi hidup ( Mahluk ) yang diberi sifat unggul atau jaya sebagai mahluk yang diberkati untuk memimpin di muka Bumi ,  

Ma Gha Ba Ta Ngo , yang artinya menerima yang diperintahkan dan melarang atas hukum yang dilarang dari Tuhan yang Maha Esa, yang maksutnya manusia harus berserah diri Sumarah pada garis Kodrati, meskipun manusia diberi hak meWiradat, atau berusaha .

Sedang kan arti setiap Huruf nya adalah : 

*HA* Hana Hurip Wening suci - adanya hidup adalah kehendak dari yang Maha Suci ( Tuhan ) 

*NA* Nur Chondro, Ghaib Condro artinya pengharapan Manusia hanya selalu pada Sinar cahaya ke Tuhanan untuk jadi penuntun .

*CA* Cipto Wening artinya Arah dan Tujuan Manusia hanya pada yang Maha Tunggal atau Tuhan.

*RA* Rasa Ingsun Handulusih artinya Rasa Cinta sejati muncul dari Cinta Kasih Nurani 

*KA* Karsoningsung memayuning Bawono, artinya hasrat ditujukan untuk kesejahteraan Alam Semesta . 

*DA*. Dumading Dzat kang tanpo winangenan , artinya menerima hidup apa adanya. 

*TA* Tatas lan Wibowo , artinya totalitas dalam hidup untuk mencapai tujuan satu visi dan misi . 

*SA*. Sifat Ingsun , artinya membentuk kasih sayang seperti sifat Tuhan yang penuh kasih .

*WA*. Wujud Hana tan keno kiniro , artinya Ilmu manusia hanya terbatas , tapi implikasi nya bisa tanpa batas. 

*LA*. Lir Handoyo paseban jati , artinya mengalirkan hidup semata pada tuntuna Illahi 

*PA*. Papan Tan tanpo Kiblat , artinya hakekat Tuhan yang ada di segala Arah , timur dan Barat milik Allah dimana wajahmu dihadapkan disitulah Allah berada. 

*DHA* Duwur wekasane endek wiwitane , artinya untuk bisa berada diatas, tentu selalu dimulai dari bawah / dasar. 

*JHA* jumbuhing Kawulo LAN Gusti , artinya selalu berusaha menyatu memahami kehendaknya .

*YA*. Yakin marang samubarang, artinya yakin atas titah kodrat illahi 

*NYA* Nyoto tanpo moto , artinya memahi kodrat kehidupan , 

*MA*. Madep manteb nembahing illahi, artinya mantab dalam menyembah Illahi 

*GA* guru Sejati kang Muruki , artinya guru sejati adalah hati nurani dan belajar lah pada nya, 

*BA* Bayu sejati kang andalani , artinya menyelaraskan pada gerakan alam Semesta ( Sunatullah ).

*TA* Tukul Soko niat , artinya sesuatu akan terjadi dari niat diri kita 

*NGA*. Ngracut busaning Manungso , artinya melepas dan menghancurkan Ego pribadi , sebagai manusia.

Bahw setiap huruf huruf aksara Jawa dalan honocoroko tersebut penuh dengan dimensi spiritual yang punya kekuatan magis secara spiritual , dengan tata cara yang tentu diajarkan oleh para ahli filsafat dan kebatinan Jawa. 

Apabila diringkas maka merupakan sebuah perjalanan, untuk menjawab segala pertanyaan kita dari mana kita berasal dan setelah dilahirkan untuk apa , di Dunia, lalu kita akan kembali Kemana dengan bekal apa kita berjalan , 

Karena setiap aksara tersebut bermakna dimensi spiritual maka, seluruh Sila Sila dari Pancasila merupakan perwujudan dan pengejawantahan dari aksara Jawa tersebut yang dijabarkan dalam bahasa modern saat ini dalam sila pertama hingga kelima dari Pancasila.

Dalam kaitan Membangun Karakter Bangsa, terhadap generasi muda , dimana Pembangunan karakter bangsa mencakup potensi potensi keunggulan bangsa , untuk ketahanan bangsa , yang diarahkan empat tatanan yakni menjaga jati diri bangsa, menjaga keutuhan NKRI , membentuk masyarakat yang berakhlak mulia dan membentuk bangsa yang maju , mandiri dan bermartabat sebagai bangsa yang besar dan berbudaya. 

Kiranya konsep aksara Jawa dari honocoroko bisa dijadikan pijakan dan pembelajaran bersama dari generasi muda , yang merupakan tulang punggung bagi bangsa ke depan agar tetap mengenal budaya Bangsanya sebagai bangsa yang berbudaya tinggi dan adiluhung . Nusantara pernah mencapa kejayaan dimana Saat abad ke Tujuh masehi , dinasti sanjaya dan syailendra membangun monumen budaya bangsa yang menghasilan bangunan yang jadi keajaiban dunia yakni candi prambanan dan Candi Borobudur beserta anak anak candi dalam situs sejarah yang bisa dilihat hingga hari ini, belum lagi saat abad je 11 Masehi, Singosari dengan armada Angkatan laut nya yang sangat terkenal telah menahlukan hampir sepertiga wilayah Dunia, serta Majapahit imperium yang sanggup menyatukan Nusantara ( Wilayah asia tenggara saat ini ) , harus bangga sebagai anak bangsa, sebagai refleksi semangat tidak mau dijajah bangsa lain dalam bentuk apapun, baik ekonomi, budaya, tatanan kenegaraan dalam konsep berdemokrasi, isu Hak asasi Manusia dan Terorisme yang selalu dijadikan komuditas Politik, untuk Intervensi pada Negara yang berdaulat dalam negara Modern saat ini. 

Tan Hanna Dharma Mangrwa, BhinekaTunggal Ika.. 


Tinggalkan Komentar