Ibas Bandingkan Ekonomi Era Jokowi Dengan SBY, Pengamat: Ibarat Siram Cuka Di Atas Luka - Telusur

Ibas Bandingkan Ekonomi Era Jokowi Dengan SBY, Pengamat: Ibarat Siram Cuka Di Atas Luka


telusur.co.id -Pengamat politik Hadir menilai,  Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas salah kaprah dalam membandingkan kondisi Indonesia saat ini di bawah pemerintahan Joko  Jokowi dengan era Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). 

Pasalnya, Ibas membandingkan situasi normal pemerintahan SBY dengan kondisi yang tengah dilanda pandemi Covid-19. Seharusnyanya, kondisi normal pemerintahan Jokowi di periode pertama yang dijadikan bahan perbandingan. 


"Perbandingan itu tidak apple to apple. Karena zaman SBY dengan jaman Jokowi saat ini jauh berbeda. Situasi normal dan tidak normal. Gak makes sense, gak masuk akal untuk dibandingkan," ujar Wempy kepada wartawan, Selasa (11/8/20). 

Direktur Indopolling Network ini menambahkan, jika membandingkan periode pertama kepemimpinan Jokowi dengan era SBY, maka pemerintahan Jokowi jauh lebih baik dibanding SBY.

 "Saya kira Ibas salah kaprah ya. Mengapa salah kaprah? Karane pemerintahan SBY itu jauh lebih buruk dari pemerintahan Jokowi," ungkapnya. 

Lebih jauh, Wempy berpendapat, pernyataan Ibas itu justru membangkitkan memori publik akan berbagai persoalan di era SBY. 

"Saya kira luka-luka publik itu belum sembuh yang dibuat oleh pemerintahan SBY. Kehadiran Ibas menyampaikan pernyataan justru itu sama halnya menyiram luka dengan cuka. Dia sedang menyiram cuka di atas luka," ucapnya. 

Wempy kemudian menyinggung beberapa persoalan di era SBY yang masih membekas di benak publik, seperti maraknya kasus korupsi yang dilakukan oleh sejumlah elit Demokrat, soal skandal pengadaan minyak selama periode 2012 hingga 2014 di anak usaha PT Pertamina, Pertamina Energy Trading Ltd (Petral), hingga mangkraknya pembangunan infrastruktur era SBY. 

Hal yang paling sederhana itu adalah deklarasi soal anti korupsi yang dibuat oleh partai penguasa. Kita lihat deklarasi itu dilakukan oleh petinggi partai Demokrat.

"Tapi sayangnya pesan korupsi justru lahir dari kelompok-kelompok ini. Kita tau ada Anas (eks Ketum Demokrat), bendaharanya (Muhammad Nazaruddin), Angelina Sondakh (eks Wasekjen) yang setiap hari nongol di TV," ungkapnya. 

"Belum lagi kita bicara soal pembangunan infrastruktur. Coba lihat di jaman SBY, Hambalang itu jadi museum, infrastruktur lainnya juga mangkrak di Jaman SBY," tukasnya.[Fhr]


Tinggalkan Komentar